JAKARTA, KOMPAS.com - Bahan bakar pesawat Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) perdana digunakan untuk penerbangan maskapai Pelita Air rute Jakarta-Bali dari Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (20/8/2025).
Pertamina SAF merupakan bahan bakar ramah lingkungan berbahan baku used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah. Inovasi ini adalah yang pertama hadir di Asia Tenggara.
"Pertamina SAF menjadi bukti inovasi Pertamina tidak hanya berhenti di kita tetapi juga membangun Indonesia dengan langit bersih," ujar Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, Sabtu (23/8/2025).
Menurut dia, SAF diluncurkan sejalan dengan Asta Cita pemerintah. Terlebih, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan peluang besar memimpin transisi energi tingkat dunia.
Baca juga: Limbah Nuklir Berpotensi Jadi Sumber Bahan Bakar Reaktor Masa Depan
"Bantuan stakeholder yang ada mampu membuat Indonesia menjadi leader SAF di dunia. Adanya sertifikat International Sustainability & Carbon Certification, saya harap ini bukan hanya dipakai Pelita tetapi juga maskapai lain hingga kami bisa ekspor,” tutur Iriawan.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri, menyatakan SAF mampu memangkas emisi karbon hingga 84 persen dibandingkan bahan bakar avtur konvensional.
"Pencapaian ini sebagai wujud kontribusi Pertamina untuk Indonesia. Bahkan menjadikan Pertamina SAF menjadi produk SAF pertama di Indonesia dan Asia Tenggara,” ucap Simon.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, mengungkapkan Pertamina bakal menjadi penyedia utama bahan bakar pesawat ramah lingkungan hingga ke kawasan Asia Tenggara. Targetnya, SAF digunakan maskapai domestik maupun internasional.
“Potensi minyak jelantah di Indonesia sangat besar. Jadi kami harap Indonesia akan menjadi hub produsen sustainable aviation fuel ini, dan cita-citanya ke depan bisa menjadi hub regional di ASEAN,” sebut Oki.
Pengembangan SAF dimulai sejak 2020. Ketika itu PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), melalui Kilang Cilacap memproduksi Bioavtur J2.4 dari Palm Kernel Oil. Setahun setelahnya produk ini digunakan dalam penerbangan uji coba pesawat CN-235.
Avtur ini kemudian digunakan pada penerbangan komersial Garuda Indonesia rute Jakarta–Solo di 2023. Dua uji coba membuktikan bahan bakar aviasi berbasis nabati bukan lagi konsep belaka.
Baca juga: Pertamina Bakal Ekspansi dan Replikasi Proyek Bahan Bakar Pesawat dari Jelantah
Adapun Pertamina berkomitmen mendukung target net zero emission 2060 dengan mendorong program yang berdampak langsung terhafap capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Hal tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi perusahaan.
Dalam pengembangan SAF, Pertamina melibatkan tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB). Dosen Teknik Kimia ITB, Jenny Rizkiana, menjelaskan para peneliti bertugas memformulasikan katalis SAF. Katalis itu kemudian disempurnakan oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, yang saat ini dinamai katalis Merah Putih.
"Setelah itu dilakukan uji produksi di Pertamina, kami bantu supervisi juga sampai akhirnya jadi. ITB juga lewat tim dari mesin, FTMD membantu proses pengetesan di tempatnya Boeing," ungkap Jenny saat dihubungi secara terpisah, Jumat (22/8/2025).
Dia mengaku, tantangan pengembangan Pertamina SAF ialah bahan bakunya. Pemilihan minyak jelantah untuk bahan yang berkelanjutan dilakukan secara ketat.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya