Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina SAF Mengudara, Siap Jadi Bahan Bakar Bersih Dunia Penerbangan

Kompas.com, 23 Agustus 2025, 19:48 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bahan bakar pesawat Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) perdana digunakan untuk penerbangan maskapai Pelita Air rute Jakarta-Bali dari Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (20/8/2025).

Pertamina SAF merupakan bahan bakar ramah lingkungan berbahan baku used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah. Inovasi ini adalah yang pertama hadir di Asia Tenggara.

"Pertamina SAF menjadi bukti inovasi Pertamina tidak hanya berhenti di kita tetapi juga membangun Indonesia dengan langit bersih," ujar Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, Sabtu (23/8/2025).

Menurut dia, SAF diluncurkan sejalan dengan Asta Cita pemerintah. Terlebih, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan peluang besar memimpin transisi energi tingkat dunia.

Baca juga: Limbah Nuklir Berpotensi Jadi Sumber Bahan Bakar Reaktor Masa Depan

"Bantuan stakeholder yang ada mampu membuat Indonesia menjadi leader SAF di dunia. Adanya sertifikat International Sustainability & Carbon Certification, saya harap ini bukan hanya dipakai Pelita tetapi juga maskapai lain hingga kami bisa ekspor,” tutur Iriawan.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri, menyatakan SAF mampu memangkas emisi karbon hingga 84 persen dibandingkan bahan bakar avtur konvensional.

"Pencapaian ini sebagai wujud kontribusi Pertamina untuk Indonesia. Bahkan menjadikan Pertamina SAF menjadi produk SAF pertama di Indonesia dan Asia Tenggara,” ucap Simon.

Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, mengungkapkan Pertamina bakal menjadi penyedia utama bahan bakar pesawat ramah lingkungan hingga ke kawasan Asia Tenggara. Targetnya, SAF digunakan maskapai domestik maupun internasional.

“Potensi minyak jelantah di Indonesia sangat besar. Jadi kami harap Indonesia akan menjadi hub produsen sustainable aviation fuel ini, dan cita-citanya ke depan bisa menjadi hub regional di ASEAN,” sebut Oki.

Pengembangan SAF dimulai sejak 2020. Ketika itu PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), melalui Kilang Cilacap memproduksi Bioavtur J2.4 dari Palm Kernel Oil. Setahun setelahnya produk ini digunakan dalam penerbangan uji coba pesawat CN-235.

Avtur ini kemudian digunakan pada penerbangan komersial Garuda Indonesia rute Jakarta–Solo di 2023. Dua uji coba membuktikan bahan bakar aviasi berbasis nabati bukan lagi konsep belaka.

Baca juga: Pertamina Bakal Ekspansi dan Replikasi Proyek Bahan Bakar Pesawat dari Jelantah

Adapun Pertamina berkomitmen mendukung target net zero emission 2060 dengan mendorong program yang berdampak langsung terhafap capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Hal tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi perusahaan.

Libatkan Perguruan Tinggi

Dalam pengembangan SAF, Pertamina melibatkan tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB). Dosen Teknik Kimia ITB, Jenny Rizkiana, menjelaskan para peneliti bertugas memformulasikan katalis SAF. Katalis itu kemudian disempurnakan oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, yang saat ini dinamai katalis Merah Putih.

"Setelah itu dilakukan uji produksi di Pertamina, kami bantu supervisi juga sampai akhirnya jadi. ITB juga lewat tim dari mesin, FTMD membantu proses pengetesan di tempatnya Boeing," ungkap Jenny saat dihubungi secara terpisah, Jumat (22/8/2025).

Dia mengaku, tantangan pengembangan Pertamina SAF ialah bahan bakunya. Pemilihan minyak jelantah untuk bahan yang berkelanjutan dilakukan secara ketat.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau