Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emisi Peternakan Indonesia 24 Ribu Ton CO2e, KLHK Dorong Mitigasi

Kompas.com - 01/09/2025, 17:31 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Total emisi gas rumah kaca dari subsektor peternakan Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 24.499 ton CO2 ekuivalen.

Emisi tersebut terutama berupa metana (CH4) yang dihasilkan dari sendawa sapi serta kotoran kuda, babi, dan ternak ruminansia seperti sapi perah, sapi potong, kerbau, domba, hingga kambing.

"Harus ada mitigasinya ya. Yang benar itu, bagaimana kemudian proses penanganan kotoran itu dikelola supaya emisinya bisa ditangkap," ujar Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK, Franky Zamzani, dalam webinar Praktik Peternakan Berkelanjutan.

Menurut Franky, kontribusi emisi dari subsektor peternakan Indonesia relatif kecil dibanding negara lain.

Besarnya emisi sangat dipengaruhi jumlah ternak. Ia mencontohkan Selandia Baru, yang memiliki lebih banyak ternak dibanding populasi manusianya, sehingga emisi gas rumah kaca dari subsektor peternakan sangat besar.

Untuk memitigasi krisis iklim, jumlah populasi ternak perlu dikendalikan, dengan memilih jenis ternak yang lebih efisien serta menerapkan sistem produksi berkelanjutan.

Baca juga: Peternakan Sumbang Emisi Terbesar Sektor Pangan

Perubahan dalam penggunaan pakan juga penting, misalnya dengan menambahkan aditif untuk menekan produksi metana, meningkatkan kualitas pakan, serta meminimalkan pupuk sintesis.

Pengelolaan limbah ternak menjadi biogas atau pupuk organik juga dinilai krusial, karena tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah.

Selain itu, diperlukan langkah adaptasi, seperti mengatur jadwal pemberian pakan, menyediakan naungan, memperbanyak pasokan air minum, serta memilih ternak yang lebih tahan panas dan penyakit.

"(Kemudian, peternakan perlu) mengadopsi sistem produksi yang lebih tahan terhadap perubahan iklim, seperti sistem agroforestri atau sistem integrasi tanaman dan peternakan sebagainya," tutur Franky.

Ia menegaskan, krisis iklim memberikan dampak langsung pada produktivitas, efisiensi pakan, kebutuhan air, serta perilaku ternak merumput di siang hari.

Dampak tidak langsungnya mencakup terganggunya proses produksi, perubahan kualitas dan kuantitas pakan, hingga meningkatnya risiko parasit dan penyakit.

"Yang kita lawan adalah suhu. Jadi, minimal mengurangi panasnya si tubuh sapinya dan (mengupayakan agar sapi) tetap mau makan, sehingga produktivitasnya tetap terjaga," ucapnya.

Baca juga: BRIN Kembangkan Finebubble, Tingkatkan Produktivitas Pertanian dan Peternakan

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Napindo Siapkan Perayaan 25 Tahun Indo Water, Fokus pada Teknologi Ramah Lingkungan
Napindo Siapkan Perayaan 25 Tahun Indo Water, Fokus pada Teknologi Ramah Lingkungan
Swasta
IS2P Serukan Hentikan Kekerasan dan Selamatkan Masa Depan Indonesia
IS2P Serukan Hentikan Kekerasan dan Selamatkan Masa Depan Indonesia
LSM/Figur
Atasi Sampah Makanan, Rutinitas Harian Kita Jadi Kunci Utama
Atasi Sampah Makanan, Rutinitas Harian Kita Jadi Kunci Utama
LSM/Figur
Krisis Iklim Perburuk Kualitas Ternak, Rasa Susu dan Keju Berubah
Krisis Iklim Perburuk Kualitas Ternak, Rasa Susu dan Keju Berubah
LSM/Figur
Emisi Peternakan Indonesia 24 Ribu Ton CO2e, KLHK Dorong Mitigasi
Emisi Peternakan Indonesia 24 Ribu Ton CO2e, KLHK Dorong Mitigasi
Pemerintah
Perdagangan Pangan Global: Hemat Air buat Negara Kaya, Picu Krisis untuk yang Miskin
Perdagangan Pangan Global: Hemat Air buat Negara Kaya, Picu Krisis untuk yang Miskin
LSM/Figur
Jadi Champion Energi Bersih, India dan China Tetap Dominasi Proyek PLTU Baru
Jadi Champion Energi Bersih, India dan China Tetap Dominasi Proyek PLTU Baru
Pemerintah
Bawang Merah Jadi Bahan Berkelanjutan untuk Proteksi Panel Surya
Bawang Merah Jadi Bahan Berkelanjutan untuk Proteksi Panel Surya
LSM/Figur
Inisiatif Baru Bantu Perusahaan Gelar Event Bebas Sampah dan Karbon
Inisiatif Baru Bantu Perusahaan Gelar Event Bebas Sampah dan Karbon
Swasta
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Terjadi hingga 3 Hari ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Terjadi hingga 3 Hari ke Depan
Pemerintah
Mungkinkah Kita Streaming Musik dengan Cara Ramah Lingkungan?
Mungkinkah Kita Streaming Musik dengan Cara Ramah Lingkungan?
LSM/Figur
Atasi Konflik Satwa-Manusia, Koridor Gajah Aceh Bakal Direplikasi di Lampung
Atasi Konflik Satwa-Manusia, Koridor Gajah Aceh Bakal Direplikasi di Lampung
Pemerintah
Tunggu Situasi Kondusif, KG Media Tunda Lestari Summit & Awards 2025
Tunggu Situasi Kondusif, KG Media Tunda Lestari Summit & Awards 2025
Swasta
Vandana Shiva Dorong Pertanian Organik, Guru Besar IPB Ingatkan Risikonya
Vandana Shiva Dorong Pertanian Organik, Guru Besar IPB Ingatkan Risikonya
LSM/Figur
Di Balik Demo Jakarta, 1.300 Petugas Dikerahkan untuk Angkut Sampah
Di Balik Demo Jakarta, 1.300 Petugas Dikerahkan untuk Angkut Sampah
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau