Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sawah Menyusut, Petani Gurem Melejit, Alarm Ketahanan Pangan Nasional

Kompas.com - 17/09/2025, 19:05 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Petani padi di utara Jawa menghadapi kerusakan agroekosistem, penyusutan sawah, dan tata kelola lahan yang buruk.

Kondisi ini berpotensi terus meningkatkan jumlah petani gurem, yakni mereka yang hanya memiliki lahan kurang dari 0,5 hektare.

Berdasarkan data BPS, 62 persen petani Indonesia berstatus gurem. Jumlahnya terus naik dari 14,62 juta rumah tangga pada 2013 menjadi 17,24 juta pada 2023.

"Dalam 10 tahun, (jumlah petani gurem) naik 3 juta dari 2014 ke 2023," kata Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRPP), Ayip Said Abdullah.

"Saya memperkirakan, kalau tidak ada perubahan, 10 tahun mendatang bisa naik 3–4 juta lagi,apalagi dengan masifnya penggusuran, konversi lahan karena dipaksa," tambahnya pada Selasa (16/9/2025).

Penyusutan sawah juga nyata. BPS mencatat, dalam periode 2019–2024, luas baku sawah turun 79 ribu hektare.

Baca juga: Vandana Shiva Dorong Pertanian Organik, Guru Besar IPB Ingatkan Risikonya

Konversi lahan semakin masif akibat pembangunan infrastruktur, perumahan, serta ekspansi perkebunan sawit dan pertambangan.

Kepala Departemen Kampanye dan Manajemen Pengetahuan KPA, Benny Wijaya, menyebut kenaikan petani gurem sejalan dengan konflik agraria di 10 provinsi, termasuk Jambi, Jawa Tengah, Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur.

"Sangat kuat kaitannya antara konflik agraria dan persoalan utama yang terjadi tadi, pengadaan investasi-investasi skala besar dengan penyusutan lahan pertanian untuk alih fungsi lahan dan segala macamnya," tutur Benny.

Ia menambahkan, proyek strategis nasional (PSN) dan kawasan ekonomi khusus (KEK) kerap menyasar lahan pertanian produktif.

"Catatan KPA 2024 menunjukkan, dari 295 konflik yang terjadi seperti yang tadi disebutkan, mayoritasnya menyasar tanah-tanah pertanian," ucapnya.

Lonjakan petani gurem dan hilangnya sawah produktif menjadi alarm serius. Tanpa kebijakan yang melindungi lahan dan petani, Indonesia berisiko kehilangan tulang punggung pangan nasionalnya.

Baca juga: Penggunaan Pupuk Kimia Tinggi, Tanda Pertanian Indonesia Belum Berkelanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dosen IPB Perkenalkan Cara Manfaatkan Jerami Padi Jadi Bio-pot Bernilai Ekonomi
Dosen IPB Perkenalkan Cara Manfaatkan Jerami Padi Jadi Bio-pot Bernilai Ekonomi
LSM/Figur
Bahlil Janjikan Setiap Desa Punya Panel Surya Berkapasitas 1 MW
Bahlil Janjikan Setiap Desa Punya Panel Surya Berkapasitas 1 MW
Pemerintah
Sawah Menyusut, Petani Gurem Melejit, Alarm Ketahanan Pangan Nasional
Sawah Menyusut, Petani Gurem Melejit, Alarm Ketahanan Pangan Nasional
LSM/Figur
Krisis Iklim Bikin Aedes aegypti Naik Gunung, Risiko DBD Meningkat
Krisis Iklim Bikin Aedes aegypti Naik Gunung, Risiko DBD Meningkat
LSM/Figur
Mayoritas Bisnis Laporkan Keuntungan Ekonomi dari Dekarbonisasi
Mayoritas Bisnis Laporkan Keuntungan Ekonomi dari Dekarbonisasi
Swasta
Kementerian ESDM: Sektor Panas Bumi Serap 1.533 Tenaga Kerja Hijau
Kementerian ESDM: Sektor Panas Bumi Serap 1.533 Tenaga Kerja Hijau
Pemerintah
Potensi Panas Bumi RI Capai 23.742 MW, tapi Baru Terkelola 10 Persen
Potensi Panas Bumi RI Capai 23.742 MW, tapi Baru Terkelola 10 Persen
Pemerintah
Industri Pelayaran Terancam Gagal Capai Target Bahan Bakar Bersih 2030
Industri Pelayaran Terancam Gagal Capai Target Bahan Bakar Bersih 2030
Swasta
Anggaran Kemenhut 2026 DItetapkan Sebesar Rp 6,04 Triliun
Anggaran Kemenhut 2026 DItetapkan Sebesar Rp 6,04 Triliun
Pemerintah
Tradisi Sasi: Cerita, Realita, dan Harapannya untuk Konservasi
Tradisi Sasi: Cerita, Realita, dan Harapannya untuk Konservasi
LSM/Figur
Guru Besar IPB: Revisi PP 24/2021 Harus Dijalankan dengan Hati-hati
Guru Besar IPB: Revisi PP 24/2021 Harus Dijalankan dengan Hati-hati
LSM/Figur
Belasan Tahun Dirawat, Orang Utan Mungky dan Dodo Kini Kembali ke Hutannya
Belasan Tahun Dirawat, Orang Utan Mungky dan Dodo Kini Kembali ke Hutannya
LSM/Figur
Celios Dorong 23 Ribu Desa Jadi Basis Pangan Restoratif, Kurangi Ketergantungan Beras
Celios Dorong 23 Ribu Desa Jadi Basis Pangan Restoratif, Kurangi Ketergantungan Beras
LSM/Figur
Krisis Iklim: Petani Berjaket dan Gembol Es Batu, Meninggal karena Panas Ekstrem
Krisis Iklim: Petani Berjaket dan Gembol Es Batu, Meninggal karena Panas Ekstrem
LSM/Figur
Celios: Terlalu Beras, Kebijakan Pangan Kita Berisiko Hiperinflasi
Celios: Terlalu Beras, Kebijakan Pangan Kita Berisiko Hiperinflasi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau