Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Bisnis Laporkan Keuntungan Ekonomi dari Dekarbonisasi

Kompas.com, 17 September 2025, 18:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Survei iklim tahunan kelima yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) dan CO2 AI menemukan perusahaan telah meraih manfaat ekonomi dari upaya dekarbonisasi perusahaan.

Laporan ini didasarkan pada survei terhadap 1.924 eksekutif di bidang keberlanjutan.

Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan yang disurvei ini mencakup 16 industri besar, 26 negara, dan secara kolektif bertanggung jawab atas 40 persen dari total emisi gas rumah kaca (GRK) global.

Laporan tersebut menyoroti bahwa 82 persen dari perusahaan yang disurvei telah mendapatkan keuntungan ekonomi dari upaya dekarbonisasi mereka.

Dari jumlah itu, 6 persen di antaranya melaporkan nilai keuntungan yang melebihi 10 persen dari pendapatan tahunan mereka.

Ada beberapa ciri umum di antara 6 persen perusahaan teratas tersebut.

Baca juga: Studi Ungkap Konsumen Harapkan Bisnis Atasi Perubahan Iklim

Laporan ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan pendekatan komprehensif untuk mengukur emisi dan risiko 1,4 kali lebih mungkin untuk meraih pendapatan yang signifikan.

Faktor-faktor utama lainnya termasuk integrasi rencana transisi dan adaptasi (2,2 kali lebih mungkin meraih pendapatan), penggunaan harga karbon internal dan pemodelan risiko (1,6 kali), serta pemanfaatan berbagai solusi digital canggih (2,3 kali).

Selama lima tahun ke depan, perusahaan juga berencana untuk meningkatkan investasi dalam mitigasi, adaptasi, dan ketahanan sebesar 16 persen dari anggaran belanja modal mereka. Jumlah ini setara dengan peningkatan sebesar 69 juta dolar AS per perusahaan.

"Sekitar tujuh puluh persen perusahaan tetap mempertahankan, bahkan meningkatkan, investasi mereka dalam keberlanjutan. Ini sangat menggembirakan karena menunjukkan bahwa aksi iklim tidak terhenti, dan momentumnya terus berlanjut di seluruh dunia," ungkap Hubertus Meinecke, pemimpin global untuk iklim & keberlanjutan di BCG dan salah satu penulis laporan, dikutip dari Edie, Selasa (16/9/2025).

Survei tersebut menemukan bahwa 33 persen perusahaan kini menggunakan harga karbon internal.

Selain itu, penyusunan rencana transisi iklim meningkat 5 persen setiap tahunnya, di mana 61 persen dari rencana tersebut kini sudah disetujui di tingkat dewan direksi.

Meskipun ada kemajuan yang menggembirakan, laporan tersebut menyoroti adanya kesenjangan data.

Saat ini, hanya 7 persen perusahaan yang melaporkan emisi secara lengkap di seluruh Cakupan 1, 2, dan 3. Angka ini merupakan penurunan sebesar 2 persen dari level tahun 2024.

Baca juga: ZSL: Hanya 18 Persen Perusahaan Kehutanan Tropis Ungkap Asal Bahan Baku

Pengukuran risiko terkait iklim juga masih terbatas, di mana hanya 12 persen perusahaan yang menilai semua jenis risiko fisik dan transisi secara menyeluruh.

Lebih lanjut, riset baru lain dari perusahaan perangkat lunak keberlanjutan osapiens menemukan bahwa 69 persen perusahaan percaya bahwa pelaporan wajib diperlukan untuk meningkatkan kualitas kumpulan data dan transparansi.

Survei yang didasarkan pada 150 pemimpin senior di Inggris menemukan bahwa 41 persen dari mereka menyambut baik pendekatan pelaporan wajib berjenjang, yang menawarkan persyaratan berbeda untuk perusahaan-perusahaan yang lebih kecil.

Selain itu, lebih dari 60 persen meyakini bahwa keberlanjutan sangat penting dalam meningkatkan keterlibatan dan loyalitas pelanggan.

"Meskipun laju perubahan bisa menjadi tantangan, hal itu juga mendorong niat yang lebih besar. Banyak perusahaan sekarang menyadari pentingnya meningkatkan visibilitas  data keberlanjutan mereka," tambah Tim Lambert, Pimpinan Regional Inggris, Irlandia, dan Nordik di Osapiens.

Baca juga: Demi Target Iklim Global, SBTi Luncurkan Standar Net Zero untuk Sektor Energi Listrik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau