JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai bank besar memilih mundur dari keanggotaan Net-Zero Banking Alliance (NZBA), aliansi perbankan global yang berada di bawah payung Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Sebelumnya, aliansi ini sempat digadang menjadi motor utama perbankan dalam mendukung target emisi nol bersih (net zero) pada 2050.
Dirangkum dari berbagai sumber, Senin (29/9/2025) beberapa nama besar industri finansial global yang mundur seperti halnya JPMorgan Chase, Morgan Stanley, Bank of America, Goldman Sachs, dan HSBC.
Lainnya Adalah Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) dari Jepang serta Macquarie Group dari Australia juga memutuskan hengkang.
Baca juga: 85 Persen Publik Ingin Perusahaan Desak Pemerintah Ambil Tindakan Iklim
SMFG, bank terbesar kedua di Jepang, menyatakan keputusannya mengikuti “tren internasional.”
Kendati demikian, pihak bank menegaskan komitmennya terhadap target iklim tidak berubah, termasuk rencana mencapai emisi nol bersih untuk seluruh portofolio pinjaman dan investasinya pada 2050.
Macquarie Group menjadi bank Australia pertama yang keluar dari NZBA. Dalam keterangannya, Macquarie menyebut sudah memiliki “fondasi strategi dekarbonisasi” sejak 2022, sehingga tidak lagi membutuhkan kerangka kerja NZBA.
“Dengan fondasi tersebut, seperti banyak rekan kami, Macquarie tidak lagi menjadi anggota NZBA, karena kami fokus memperbarui dan melaksanakan rencana kami,” tulis perusahaan itu.
NZBA dibentuk pada April 2021 dengan 43 anggota awal, dan sempat berkembang hingga lebih dari 140 bank dengan total aset mencapai 74 triliun dolar AS pada 2024.
Anggota aliansi berkomitmen menyusun target berbasis sains, melaporkan emisi, termasuk yang dibiayai lewat kredit dan investasi, serta menyelaraskan bisnis dengan jalur 1,5°C.
Namun, semakin ketatnya aturan pelaporan dan standar pihak ketiga seperti Science Based Targets initiative (SBTi) membuat berbagai bank merasa terbebani.
Tekanan politik juga ikut mempercepat keluarnya sejumlah anggota. Di Amerika Serikat, politisi Partai Republik melancarkan kampanye anti-ESG dan memperingatkan lembaga keuangan soal potensi pelanggaran hukum jika tetap terlibat dalam aliansi iklim.
Situasi ini membuat bank-bank besar AS mulai mundur tak lama setelah Donald Trump memenangkan pemilu 2024. Mereka diikuti bank-bank Kanada pada Januari 2025, serta HSBC dari Inggris pada pertengahan 2025.
Baca juga: Krisis Iklim, Pulau Kecil Tenggelam dan Perlu Mitigasi Berbasis Lokal
Kini, dengan keluarnya SMFG di Jepang dan Macquarie di Australia, tren tersebut kian meluas ke Asia-Pasifik.
Langkah mundur ini menuai kritik dari kelompok masyarakat sipil. Jeanne Martin, Co-Director Corporate Engagement ShareAction, menilai keputusan HSBC keluar dari NZBA “mengirimkan pesan kontraproduktif” di tengah meningkatnya risiko iklim.
Sementara itu, pihak bank beralasan tetap bisa menjalankan strategi iklim tanpa harus berada dalam aliansi multilateral. Mereka menilai pengelolaan internal dan tata kelola perusahaan cukup untuk menjaga komitmen dekarbonisasi.
Tren keluarnya sejumlah bank besar memperlihatkan tantangan serius bagi aliansi seperti NZBA.
Baca juga: Perubahan Iklim Picu Pohon di Hutan Hujan Amazon Tumbuh Lebih Besar
Jika sebelumnya koalisi global dianggap penting untuk menyatukan arah, kini strategi nol emisi lebih banyak ditentukan oleh kebijakan internal masing-masing institusi.
Kondisi ini memberi fleksibilitas, tetapi juga menimbulkan risiko fragmentasi dan menurunkan kredibilitas komitmen global.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya