KOMPAS.com - Nafas Indonesia bersama DBS Foundation dan Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) meluncurkan white paper “Ruang Tertutup, Risiko Terbuka: Paparan Tinggi Polusi Udara dari Aktivitas Merokok”.
Kajian ini menyoroti dampak serius asap rokok dalam ruangan terhadap kualitas udara dan kesehatan.
“Ketika bicara polusi udara, banyak orang langsung membayangkan asap kendaraan atau industri. Padahal, ada sumber lain yang sering luput, yaitu asap rokok dalam ruangan, yang juga berkontribusi pada kualitas udara dan kesehatan. Temuan white paper ini menegaskan bahwa paparan ini seringkali tidak disadari, tapi dampaknya nyata,” ujar CEO Nafas Indonesia Nathaniel Roestandy.
Baca juga: 76 Persen Publik Setuju, TCSC IAKMI Desak Kemenkes Terapkan Kemasan Rokok Polos
Data AQLI 2025 mencatat paparan PM2.5 dan konsumsi tembakau menjadi dua dari tiga faktor eksternal terbesar yang menurunkan harapan hidup masyarakat Indonesia 1–2 tahun. Penelitian di Jakarta, Bogor, dan Palembang juga menunjukkan kadar PM2.5 di ruang publik tetap tinggi meski ada pemisahan ruang merokok.
“Temuan-temuan ini menunjukkan potensi risiko polusi udara dari aktivitas merokok tidak hanya bergantung pada jumlah rokok yang dikonsumsi, tetapi juga pada desain dan lokasi ruangan. Ruangan yang menempatkan area merokok di dalam bangunan cenderung meningkatkan paparan polusi bagi penghuni,” jelas Executive Director IYCTC Manik Marganamahendra.
"Hal ini menegaskan bahwa ruang merokok sebaiknya ditempatkan di luar gedung, jauh dari lalu lintas orang dan keramaian, sehingga risiko paparan polusi udara bagi penghuni dan masyarakat sekitar dapat diminimalkan," tegasnya.
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika dalam keterangannya pada Senin (29/9/2025) menambahkan, “Peluncuran white paper ini mencerminkan komitmen kami dalam mendorong terciptanya lingkungan yang lebih sehat sekaligus berkelanjutan bagi generasi mendatang.”
Kajian ini diharapkan mendorong langkah praktis, seperti penempatan ruang merokok di luar gedung, ventilasi yang lebih baik, serta edukasi publik untuk menciptakan ruang sehat dan aman bagi semua.
Baca juga: Survei: 76,2 Persen Publik Setuju Rokok Dikemas Tanpa Logo
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya