Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harmoni di Pedalaman Kalimantan: Cerita Anak SD Barunang Hidup dengan Ragam Agama dan Alam

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 11:44 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Saat sinar matahari pagi menyusup di antara celah pepohonan hutan lebat Desa Barunang, tawa anak-anak membuncah dari sebuah bangunan sederhana berdinding kayu.

Itulah SD Negeri 1 Barunang, sekolah dasar yang terletak di Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas itu menjadi cermin kecil harmoni antar sesama manusia dan dengan alam dalam masyarakat adat Dayak Ngaju.

Di sekolah ini, murid-murid dari latar belakang agama yang berbeda belajar, bermain, dan saling menghormati satu sama lain. Perbedaan keyakinan bukanlah jarak, melainkan bagian alami kehidupan yang layak dirayakan.

Guru agama Islam, Ova, merasakan langsung bagaimana toleransi tumbuh subur di sekolah yang berada di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) ini. Sebagian besar murid menganut Hindu Kaharingan, sebagian lainnya Kristen dan Islam.

"Awal saya ke sini tahun 2019, saya masuk di kelas 1, cuma ada satu orang. Untuk murid beragama Islam di seluruh SD saat itu ada tiga orang. Satu orang murid di kelas 1 belum kenal huruf Hijaiyah. Kalau di kota saya, kelas 1 saja sudah baca huruf Hijaiyah," ujar Ova.

Meski tantangan besar dihadapinya, Ova merasa diterima. Dulu ia harus mengajar agama Islam di ruang kantor yang juga dipakai umat Kristen untuk berdoa. Kini, ia bisa menggunakan berbagai ruangan, termasuk Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

"Jadi, kalau di kelas itu ada 20 orang murid, 12 murid Hindu Kaharingan, mereka yang jumlahnya paling banyak itu belajarnya di kelas," tuturnya.

Walau masih beradaptasi dengan suasana desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota, Ova memilih bertahan demi tanggung jawabnya.

"Kalau sekarang sih mengalir saja. Enggak nyaman, enggak nyaman, harus nyaman karena sudah tanggung jawab kami di sini," katanya.

Di sisi lain, Ni Made Sriyani, guru agama Hindu, justru merasa sangat nyaman tinggal dan mengajar di SD Negeri 1 Barunang.

Bersama suaminya, yang juga guru agama Hindu di SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, ia menempati rumah dinas yang disediakan perusahaan PAMA Group.

Baca juga: 70 Tahun Tumbuh Bersama Indonesia, Kawan Lama Group Berdayakan Perajin Tenun Iban di Kapuas Hulu

Menurut Ni Made, masyarakat adat Dayak Ngaju memang terkenal dengan sikap tolerannya.

"Apapun perayaaan di sekolah, agama lain tetap kami undang," ujar Ni Made.

Hal itu juga berlaku di Balai Basarah, tempat ibadah umat Hindu Kaharingan. Setiap perayaan di sana selalu terbuka bagi masyarakat dari agama lain, begitu pula sebaliknya. Perbedaan keyakinan hanya tampak pada pemisahan tempat makan, sementara suasana kebersamaan tetap dijaga.

Harmoni dengan Sesama dan dengan Alam

Kerukunan di SD Negeri 1 Barunang tidak hanya terjalin antaragama, tetapi juga tercermin dalam hubungan dengan alam sekitar.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya
Dari Tanah “Sakit” ke Lumbung Harapan, Ini Kisah Pengawalan Pertanian Jaga Ketahanan Pangan Desa
Dari Tanah “Sakit” ke Lumbung Harapan, Ini Kisah Pengawalan Pertanian Jaga Ketahanan Pangan Desa
BUMN
Kebijakan Pelarangan Sawit di Jabar Disebut Tak Berdasar Bukti Ilmiah
Kebijakan Pelarangan Sawit di Jabar Disebut Tak Berdasar Bukti Ilmiah
LSM/Figur
Sampah Campur Aduk, Biaya Operasional 'Waste to Energy' Membengkak
Sampah Campur Aduk, Biaya Operasional "Waste to Energy" Membengkak
LSM/Figur
Biaya Kelola Limbah Setara Beli Popok Baru, Padahal Fibernya Punya Banyak Potensi
Biaya Kelola Limbah Setara Beli Popok Baru, Padahal Fibernya Punya Banyak Potensi
LSM/Figur
Inovasi Jaring Bertenaga Surya, Kurangi Penyu yang Terjaring Tak Sengaja
Inovasi Jaring Bertenaga Surya, Kurangi Penyu yang Terjaring Tak Sengaja
Pemerintah
Kebijakan Iklim yang Sasar Gaya Hidup Bisa Kikis Kepedulian pada Lingkungan
Kebijakan Iklim yang Sasar Gaya Hidup Bisa Kikis Kepedulian pada Lingkungan
Pemerintah
 RI Belum Maksimalkan  Pemanfaatan Potensi Laut untuk Atasi Stunting
RI Belum Maksimalkan Pemanfaatan Potensi Laut untuk Atasi Stunting
LSM/Figur
Langkah Membumi Ecoground 2025, Gaya Hidup Sadar Lingkungan Bisa Dimulai dari Ruang Publik
Langkah Membumi Ecoground 2025, Gaya Hidup Sadar Lingkungan Bisa Dimulai dari Ruang Publik
Swasta
Target Swasembada Garam 2027, KKP Tetap Impor jika Produksi Tak Cukup
Target Swasembada Garam 2027, KKP Tetap Impor jika Produksi Tak Cukup
Pemerintah
Kebijakan Mitigasi Iklim di Indonesia DInilai Pinggirkan Peran Perempuan Akar Rumput
Kebijakan Mitigasi Iklim di Indonesia DInilai Pinggirkan Peran Perempuan Akar Rumput
LSM/Figur
KKP: 20 Juta Ton Sampah Masuk ke Laut, Sumber Utamanya dari Pesisir
KKP: 20 Juta Ton Sampah Masuk ke Laut, Sumber Utamanya dari Pesisir
Pemerintah
POPSI: Naiknya Pungutan Ekspor Sawit untuk B50 Bakal Gerus Pendapatan Petani
POPSI: Naiknya Pungutan Ekspor Sawit untuk B50 Bakal Gerus Pendapatan Petani
LSM/Figur
Suhu Global Tetap Tinggi, meski Siklus Alami Pemanasan El Nino Absen
Suhu Global Tetap Tinggi, meski Siklus Alami Pemanasan El Nino Absen
Pemerintah
Rantai Pasok Global Bisa Terganggu akibat Cuaca Ekstrem
Rantai Pasok Global Bisa Terganggu akibat Cuaca Ekstrem
Swasta
DLH Siapkan 3.395 Petugas Kebersihan, Angkut Sampah Saat Tahun Baru Jakarta
DLH Siapkan 3.395 Petugas Kebersihan, Angkut Sampah Saat Tahun Baru Jakarta
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau