Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

19 Proyek CCS Bakal Dibangun di RI, Disebut Jadi Kunci Dekarbonisasi Paling Ampuh

Kompas.com, 7 Oktober 2025, 18:49 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 19 proyek penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS) tengah dikembangkan di Indonesia. Executive Director Indonesia CCS Center (ICCSC), Belladonna Troxylon Maulianda, mengungkapkan proyek itu tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Fasilitas CCS yang dimaksud merupakan kombinasi dari sumur migas di daratan (onshore) dan sumur lepas pantai (offshore).

"Ini banyak proportionnya dari perusahaan asing dan juga perusahaan domestik," ungkap Belladonna dalam konferensi pers International & Indonesia Carbon Capture and Storage Forum di Jakarta Pusat, Selasa (7/10/2025).

Blok migas yang menjadi calon proyek CCS antara lain dikerjakan ExxonMobil di Cekungan Asri dan Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah, Bp Indonesia Blok Tangguh Ubadari di Papua Barat, INPEX di Blok Masela, Maluku, serta Repsol di Blok Sakakemang, Sumatera Selatan. Menurut Belladonna, perusahaan domestik turut terlibat dalam proyek penangkapan dan penyimpanan karbon tersebut.

Baca juga: BKPM: Usia CCS RI Capai 200 Tahun, Berpotensi Simpan hingga 577 Ton CO2

"Pertamina bekerja sama dengan Exxon, Pertamina bekerja sama dengan Chevron. Pupuk Indonesia juga beraspirasi melakukan CCS untuk produksi blue ammonia, untuk penyusunan power plant, PLN juga sudah memasukannya di RUPTL 1 gigawatt tahun 2030 yang menegaskan CCS dengan PLTU," jelas dia.

Belladonna menyampaikan, CCS kini menjadi strategi dekarbonisasi yang paling diandalkan. Sebab, teknologi itu menangkap karbon langsung dari sumbernya lalu disimpan dengan kedalaman hingga 1,2 kilometer di bawah tanah.

"Kalau dibandingin sama teknologi lain, dia yang paling cepat, paling besar juga (penyerapan karbon)," ucap Belladonna.

Ia mencatat, Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan karbon di bawah tanah mencapai 600 gigaton. Terkait potensi risiko dari penerapan CCS, Belladonna menegaskan teknologi ini bukan hal baru bagi industri migas di Indonesia.

Pemerintah telah mengadopsi standar internasional ISO ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk memastikan aspek keselamatan dan lingkungan.

"Kita juga ada international standard kayak ISO. Indonesia sudah adopt ISO di SNI ada sekitar empat SNI," sebut dia.

Baca juga: Investasi CCS yang Masuk Indonesia Capai Rp 640,79 triliun

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno, menuturkan pemerintah menargetkan net zero emissian pada 2060 atau lebih awal. Reduksi emisi dari industri bisa dilakukan melalui teknologi CCS,

"Jadi ke depannya kita akan transisi energi terbarukan menggunakan berbagai sumber mulai dari panas bumi, solar, angin, air, dan lain-lain. Tetapi kita juga tidak boleh mengabaikan energi fosil yang kita miliki dengan cara capture emisi karbonnya," papar Edy.

Besarnya potensi penyimpanan karbon membuka peluang investasi. Proyek CCS kerja sama Pertamina dengan ExxonMobil, misalnya, mencapai nilai investasi 10 miliar dollar AS.

"Negara-negara yang mengemisikan karbon seperti Jepang, Korea, Taiwan, Singapura, memiliki karbon yang jumlah emisinya besar tetapi memiliki tempat penyimpanan yang kecil. Kita memiliki potensi yang besar sekali untuk menangkap ruang ini, masuk sebagai investasi di Indonesia," ujar dia.

Pemerintah kini tengah mempertimbangkan pemberian insentif bagi pengusaha yang membangun fasilitas CCS.

Baca juga: Tak Cuma Korporasi, Kemenhut Siapkan Masyarakat Adat Masuk Pasar Karbon

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Pemerintah
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Pemerintah
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
LSM/Figur
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Pemerintah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
LSM/Figur
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Pemerintah
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Pemerintah
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
LSM/Figur
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Pemerintah
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Swasta
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Swasta
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
Pemerintah
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Swasta
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Pemerintah
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau