KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy menganggap Indonesia belum mengembangkan keberpihakan terhadap 'ekosistem' yang mendukung produktivitas.
"Kenapa kalau orang Indonesia (warga negara Indonesia/WNI) di negara lain lebih rajin, lebih tertib? Saya jadi berpikir lagi, tidak hanya praktik saja, tapi ekosistem. Jadi bukan kita tidak produktif, kita tidak ada keberpihakan untuk produktif. Tidak ada atau belum ada kemauan untuk produktif. Kalau tidak ada, enggak enak, (jadi) belum (saja). Belum ketemu rumusnya," ujar Rachmat dalam webinar, Selasa (7/10/2025).
Untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, kata dia, perlu dimulai dari perbaikan produktivitas.
Baca juga: Menteri LH Keluhkan Minimnya SDM untuk Awasi Dampak Lingkungan, Cuma 1.100 se-Indonesia
Sementara itu untuk memperbaiki produktivitas, perlu dimulai dari menciptakan ekosistem yang mendukung orang untuk mau produktif.
Rachmat mengeklaim, Indonesia pada 1970-1990-an (era Orde Baru) sangat produktif karena ekosistemnya telah terbentuk. Itu tecermin dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta inflasi yang rendah dan terjaga.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1980-1990-an sekitar 9,88 persen, yang disebabkan diversifikasi ekspor, swasembada pangan, serta deregulasi sektor perbankan, keuangan, dan perdagangan untuk memudahkan investasi.
"Kenapa periode tahun 70 sampai tahun 80, sampai tahun 90 kita sangat produktif? Karena ekosistem kita mendorong kita berbuat produktif," tutur Rachmat.
Angka total factor productivity (TFP) Indonesia terus menurun selama tiga dekade terakhir, dari 1,40 pada 1993, menjadi 1,05 di tahun 2022. Bahkan, angka TFP Indonesia pada 1993-1999 menurun 0,35 di saat Korea Selatan justru naik sebesar 0,19.
Menurut Rachmat, tenaga kerja di Indonesia saat ini sebenarnya memiliki kemauan untuk lebih produktif. Namun, ekosistem di Indonesia tidak mendukung tenaga kerja untuk lebih produktif. Misalnya, insentif untuk petani di Indonesia tergolong rendah, padahal semestinya dapat bekerja lebih produktif.
Baca juga: Penguatan PAUD Jadi Fondasi Wujudkan SDM Unggul Berdaya Saing
Negara-negara seperti Vietnam, India, dan Korea Selatan menjadi contoh bagaimana peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui perubahan dalam cara kerja, penggunaan teknologi, dan ekosistem yang mendukung.
"Karena itu mengapa produktivitas Vietnam lebih tingginya, sederhana saja. Petani Vietnam itu lebih cepat bekerja, lebih banyak hasilnya. Petani India kenapa maju? Karena mereka menggunakan peralatan. Dulu menyemprot pakai tenaga kerja, sekarang pakai drone. Dengan lahan 1 hektar dibutuhkan 3-4 orang. Sekarang dengan drone lebih cepat lagi itu dua kali dan tiga kali lipat," ucapnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya