Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sah Secara Hukum Tak Cukup, Industri Perlu Restu Publik untuk Berkelanjutan

Kompas.com, 14 Oktober 2025, 11:41 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Legalitas hukum tidak menjadi satu-satunya jaminan keberhasilan operasional industri di Indonesia.

Legitimasi sosial yang diperoleh dari kepercayaan masyarakat setempat juga penting untuk menjamin keberlangsungan bisnis, proyek industri, dan infrastruktur.

Tanpa legitimasi sosial dari masyarakat, operasi industri berisiko menghadapi konflik, penolakan, dan kegagalan pelaksanaan di lapangan.

Chairman Kiroyan Partners, Noke Kiroyan mengingatkan, pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat setempat secara utuh akan gagal menciptakan dampak jangka panjang.

Social License to Operate (SLO) — konsep kepercayaan publik sebagai syarat utama keberlanjutan industri — tidak diperoleh melalui keahlian teknis atau pendekatan ekonomi belaka.

Untuk mendapatkan SLO, kata dia, juga perlu kemampuan diplomasi, komunikasi lintas lapisan sosial, serta kepemimpinan bisnis yang adaptif.

"Membangun kepercayaan masyarakat harus dimulai dari identifikasi pemangku kepentingan secara tepat, dilanjutkan dengan komunikasi terbuka dan konsisten, serta sikap perusahaan yang tidak sekadar menjalankan program tapi juga menunjukkan integritas dan niat baik secara nyata,” ujar Noke dalam keterangan tertulis, Selasa (14/10/2025).

Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan Nadia Hadad mengatakan, prinsip persetujuan awal tanpa paksaan (free, prior, and informed consent/FPIC) penting untuk keberlanjutan industri.

Sudah sepatutnya masyarakat setempat diberikan ruang untuk menyampaikan persetujuan atau keberatan atas sebuah proyek yang berdampak terhadap kehidupan mereka.

Baca juga: Tantangan Baru Brand Mewah: Isu ESG dan Transparansi yang Mendesak

Menurut Nadia, komunikasi yang mendalam dan pelibatan masyarakat setempat sedari awal merupakan prasyarat mutlak untuk menciptakan rasa memiliki.

"Tanpa proses bottom-up yang inklusif, proyek industri atau pembangunan akan senantiasa menghadapi perlawanan sosial. SLO menjadi kunci agar proyek tidak hanya sah secara hukum, melainkan juga diterima masyarakat," tutur Nadia.

CSR dan ESG Transaksional

Di sisi lain, banyak program Corporate Social Responsibility (CSR) dan praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) di lapangan masih bersifat transaksional. Juga banyak CSR dan ESG di lapangan yang tidak menciptakan dampak jangka panjang bagi masyarakat.

Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia, Dody Prayogo mengkritik, kesenjangan antara teori dan praktik CSR maupun ESG di lapangan, khususnya dalam pengukuran dampak sosial serta tata kelola. Ia mengingatkan bahwa keberlanjutan bukanlah konsep statis, melainkan proses dinamis yang menuntut keadilan sosial dan adaptasi berkelanjutan.

“Kita terlalu fokus mengukur dampak finansial dan lingkungan, padahal yang paling sulit, sekaligus paling penting, adalah dampak sosial dan perubahan perilaku,” ucapnya.

Menurut Dody, pelaporan ESG rawan menjadi ajang greenwashing atau praktik manipulasi perusahaan untuk menciptakan citra ramah lingkungan. Maka dari itu, pelaporan ESG harus disertai proses pemberian keyakinan (assurance) dan pengukuran dampak sosial yang komprehensif.

Jika tidak demikian, pelaporan ESG akan menjadi ajang greenwashing dan upaya keberlanjutan hanya berhenti di level administrasi. Ini karena diukur dari seberapa besar dana disalurkan, bukan seberapa besar perubahan yang diciptakan. Untuk mencapai keberlanjutan sesungguhnya, kata dia, Indonesia perlu meninggalkan pendekatan seremonial dan beralih pada penyelesaian permasalahan sosial yang sistematis.

Ia menganggap, permasalahan tata kelola perusahaan dan kebutuhan akan kepemimpinan yang berorientasi pada tanggung jawab sosial menjadi sangat krusial di masa kini maupun masa depan.

"Perlu adanya perubahan pola pikir bisnis agar dunia usaha tidak lagi melihat masyarakat sebagai penerima bantuan, tetapi sebagai mitra dalam pembangunan berkelanjutan," ujar Dody.

Baca juga: CSR Tambang Wajib Tepat Sasaran, Bukan Sekadar Bagi-Bagi Bantuan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau