Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi dan Permintaan Energi Kaltim Belum Nyambung, PLN Siapkan Super Grid

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 09:37 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Manager PLN UP3 Samarinda, Hendra Irawan, mengatakan terdapat ketidaksesuaian (mismatch) antara lokasi potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) di Kalimantan Timur dan pusat permintaan listrik (epicenter demand) yang berada di Kota Samarinda, Balikpapan, serta kawasan Ibu Kota Negara (IKN).

"Tantangannya terjadi mismatch. Artinya adalah potensi pembangkitnya ada di lokasi terpencil, sedangkan pusat bebannya ada di sini (jauh dari lokasi). Bagaimana cara menyalurkan dari pembangkit-pembangkit itu ke pusat beban? Itu yang menjadi tantangan kita," ujar Hendra dalam webinar, Rabu (15/10/2025).

Untuk mengatasi hal itu, PLN berencana membangun “super grid” yang akan menghubungkan lima pulau besar di Indonesia. Jika saat ini baru mencakup Jawa dan Bali, ke depan jaringan tersebut juga akan terkoneksi ke Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi. Jalur super grid akan menggunakan kabel laut untuk menyalurkan energi dari pembangkit ke pusat beban.

Kalimantan Timur sendiri memiliki potensi besar untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), yakni mencapai 546 megawatt (MW). Berdasarkan posisi pemasangannya, PLTS terbagi menjadi tiga jenis: rooftop, ground mounted, dan terapung.

PLTS rooftop dipasang di atap rumah, kantor, gedung, fasilitas industri, atau bangunan lain. Jenis ini efisien ruang dan dekat dengan beban listrik, tetapi kapasitasnya terbatas oleh luas atap. Sementara PLTS ground mounted dibangun di atas lahan terbuka menggunakan struktur penyangga. Keunggulannya, kapasitas besar dan perawatan mudah, namun membutuhkan lahan luas sehingga berisiko menimbulkan konflik penggunaan lahan.

Menurut Hendra, lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi PLTS ground mounted. Namun, regulasi pemanfaatan lahan tambang untuk PLTS jenis ini masih digodok pemerintah, terutama soal perizinan.

"Nanti, ini bisa ke depannya disinkronkan dengan sistem 'super grid' dari PLN," tutur Hendra.

Adapun PLTS terapung direncanakan dibangun di atas struktur apung yang diletakkan di permukaan air, seperti waduk, danau, atau kolam bekas tambang. Keunggulannya, efisien lahan, memiliki efek pendingin alami, dan mampu mengurangi penguapan air. Namun, biaya pemasangan awal tinggi, risiko kerusakan lebih besar, serta membutuhkan pemeliharaan ekstra.

Baca juga: PLN Bangun PLTS Terapung di Waduk Saguling, 24.000 Rumah Tangga Bakal Terlistriki

Ada tujuh bendungan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Kalimantan Timur yang berpotensi dikembangkan untuk PLTS terapung, yaitu Bendungan Marancang (117,46 MW), Bendungan Samboja (40,37 MW), Bendungan Lempake (27,08 MW), Bendungan Manggar (80,6 MW), Bendungan Beriwit (66,07 MW), Bendungan Sepaku Semoi (66,93 MW), Bendungan Marangkayu (51,63 MW).

"Ini ada potensi lainnya yang kami yakin, terutama dari bekas tambang ya, yang bisa dibuat PLTS terapung. Dan ini sekali lagi tantangannya bagaimana mengoneksikan nantinya PLTS-PLTS ini dalam grid yang ada di PLN, karena antara pusat beban dengan pembangkit itu kejauhan, sehingga perlu dibangun akses yang namanya transmisi," ucapnya.

Di sisi lain, PLN mulai mengembangkan PLTS berbasis baterai atau Battery Energy Storage System (BESS). Teknologi ini sudah terpasang dan beroperasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan kapasitas 20 MW. Proyek tersebut menjadi pilot project yang akan dikembangkan hingga ke pulau-pulau terluar.

"Pulau Maratua yang berbatasan dengan Filipina itu juga sudah kita bangun dan saat ini sedang tahap uji coba untuk BESS-nya. Mudah-mudahan kalau berhasil ini bisa kita implementasikan ke lokasi-lokasi lainnya yang ada di Kalimantan Timur," tutur Hendra.

Saat ini, bauran energi listrik PLN di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltara) masih didominasi oleh batu bara sebesar 62,30 persen, disusul LNG sekitar 24,59 persen, dan EBT (dari PLTS) baru 0,85 persen.

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, porsi EBT di Kaltim akan meningkat signifikan dari 3,36 persen menjadi 47,42 persen. Sementara porsi LNG naik dari 27,13 persen menjadi 29,08 persen, dan batu bara ditekan dari 49 persen menjadi 20,63 persen.

"BBM yang masih menggunakan fosil itu akan kami pensiunkan, akan kami off-kan dan ditekan sedemikian rupa, sehingga terjadi penurunan dari 20,51 persen menjadi 2,87 persen," ujar Hendra.

Baca juga: Adopsi Energi Hijau, PLN Malang Ajak Pegawai hingga Pelanggan Pasang Panel Surya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau