Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Sumba Didorong Kelola Laut Berbasis Data dan Kearifan Lokal

Kompas.com, 17 Oktober 2025, 14:39 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya memperkuat tata kelola perikanan berkelanjutan terus dilakukan di kawasan konservasi Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.

Melalui pendekatan yang menggabungkan data ilmiah dan kearifan lokal nelayan, para pemangku kepentingan ingin laut tetap lestari tanpa mengorbankan mata pencaharian masyarakat pesisir.

Langkah ini diwujudkan melalui audiensi Pendataan Perikanan Melalui Crew Operated Data Recording System (CODRS) dan Inisiasi Territorial Use Rights for Fishing (TURF)-reserve” yang digelar di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Jumat (17/10/2025).

Baca juga: Setelah 20 Tahun, WTO Resmi Larang Subsidi Perikanan Ilegal dan Merusak

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi, mengatakan pendataan berbasis ilmiah menjadi dasar penting dalam pengambilan kebijakan konservasi laut yang efektif.

“Pendataan hasil tangkapan yang dilakukan bersama nelayan memberi gambaran terkini tentang kondisi pemanfaatan sumber daya ikan di Laut Sawu. Ini menjadi pijakan bagi kebijakan pengelolaan yang tepat sasaran dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Menurut Imam, pendekatan ini juga menjadi jembatan antara kegiatan perikanan dan konservasi.

“Keduanya tidak bisa dipisahkan. Keseimbangan ekosistem laut justru bergantung pada sinergi antara keduanya,” tambahnya.

Senada dengan itu, Plh Kepala Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Abdul Wahid, menyebut keterlibatan masyarakat pesisir adalah kunci pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.

“Nelayan tidak hanya penerima kebijakan, tapi bagian dari sistem pengumpulan data dan pengelolaan. Ini penting agar kebijakan yang dibuat benar-benar berbasis bukti dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Nelayan Jadi Pengumpul Data Ilmiah

YKAN melalui program perikanan berkelanjutan memperkuat penerapan metode Crew Operated Data Recording System (CODRS) di Sumba.

Metode ini memungkinkan nelayan mencatat hasil tangkapannya secara langsung menggunakan foto dan data ukuran ikan di atas kapal. Data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi stok ikan di wilayah tangkap.

“Sejak dikembangkan pada 2014, CODRS telah membuktikan bahwa nelayan bisa menjadi bagian dari sistem pendataan ilmiah yang andal,” jelas Glaudy Perdanahardja, Senior Manajer Perikanan Berkelanjutan YKAN.

Baca juga: 29 Izin untuk Budidaya Udang, Usaha Perikanan Terkendala Regulasi

“Dengan memahami data hasil tangkapan mereka sendiri, nelayan menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga keberlanjutan laut,” lanjutnya.

Selain menghasilkan data akurat, pendekatan ini juga memberi dampak sosial positif. Nelayan yang dilibatkan dalam pengumpulan data merasa memiliki tanggung jawab lebih besar terhadap laut tempat mereka bergantung.

Perikanan Berbasis Masyarakat

Dari hasil pendataan CODRS, YKAN dan para pemangku kepentingan tengah menyiapkan pendekatan TURF-reserve (Territorial Use Rights for Fishing), sebuah model pengelolaan perikanan berbasis wilayah tangkap dan hak kelola masyarakat.

Menurut Glaudy, model ini memberi ruang bagi nelayan untuk ikut menentukan tata kelola wilayah tangkapnya sendiri.

“Dengan begitu, tumbuh rasa tanggung jawab dan kepemilikan terhadap sumber daya laut. Ini yang membuat konservasi menjadi hidup dan relevan di tingkat lokal,” ujarnya.

Melalui kemitraan ini, diharapkan pengelolaan perikanan di Laut Sawu dapat menjadi contoh model integrasi antara ekologi, ekonomi, dan sosial di mana kelestarian laut berjalan seiring dengan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun

Laut Sawu dikenal sebagai salah satu kawasan terumbu karang paling resilien di dunia dan merupakan habitat penting bagi ikan kakap dan kerapu di Wilayah Pengelolaan Perikanan 573. Namun, tekanan akibat aktivitas penangkapan ikan yang meningkat menjadi tantangan serius.

Melalui pendekatan ilmiah-partisipatif seperti CODRS dan TURF-reserve, nelayan kini tidak hanya menjadi pengguna laut, tetapi juga penjaga masa depan ekosistemnya.

“Konservasi tidak bisa berjalan tanpa partisipasi masyarakat. Laut adalah sumber kehidupan, dan menjaga laut berarti menjaga masa depan bersama,” ujar Glaudy menutup sesi audiensi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau