Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emisi Metana: Yang Penting Bukan Datanya, Tapi Menghentikannya

Kompas.com, 23 Oktober 2025, 17:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Upaya global untuk mendeteksi emisi metana telah maju dengan pesat akan tetapi tindakan untuk menghentikan kebocoran besar gas rumah kaca ini belum memadai.

Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru Program lingkungan PBB (UNEP) yang diterbitkan oleh International Methane Emissions Observatory (IMEO).

Sebelumnya, pada gelaran COP26 di Glasgow, lebih dari 150 negara menandatangani Ikrar Metana Global, yang menetapkan tujuan untuk mengurangi emisi metana sebesar 30 persen pada tahun 2030.

Mengurangi emisi metana merupakan solusi iklim yang penting. Potensi pemanasan globalnya 80 kali lebih tinggi daripada CO2, tetapi dampaknya di atmosfer lebih singkat.

IMEO menyediakan data dan perangkat bagi para penandatangan Ikrar Metana Global untuk membantu memenuhi target metana global.

Baca juga: Investor Desak Uni Eropa Segera Terapkan Aturan Emisi Metana

Melansir Edie, Rabu (22/10/2025) laporan kemudian menunjukkan bahwa 153 perusahaan anggotanya, yang mewakili 42 persen produksi minyak dan gas global, telah membuat kemajuan besar dalam memetakan emisi secara lebih akurat melalui pengukuran langsung.

Namun, meskipun deteksi semakin baik, sebagian besar sumber metana dunia, terutama di sektor pertanian, batu bara, dan limbah, masih belum dikelola secara memadai.

Pada tahun 2025, sebanyak 65 perusahaan mencapai Standar Emas IMEO untuk pelaporan emisi, mewakili 17 persen dari produksi minyak dan gas global, sementara 50 perusahaan lainnya berada di jalur yang tepat untuk mencapai tingkat tersebut.

Namun, bahkan dengan data dan perangkat yang lebih baik, temuan UNEP menyoroti bahwa penegakan hukum yang lebih kuat, sistem respons yang lebih cepat, dan mekanisme akuntabilitas yang lebih jelas diperlukan untuk mengubah deteksi menjadi pengurangan emisi yang nyata.

Baca juga: IESR : Metana Sektor Energi Belum Terkontrol, Indonesia Harus Bergerak Lebih Cepat

Menurut UNEP, meskipun Sistem Peringatan dan Respons Metana (MARS) telah mengirimkan lebih dari 3.500 peringatan ke 33 negara sejak diluncurkan dengan menggunakan satelit dan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi pelepasan metana dalam jumlah besar, hampir 90 persen dari peringatan tersebut belum ditindaklanjuti dengan tindakan nyata.

Meskipun terjadi peningkatan respons dua belas kali lipat dibandingkan tahun lalu, sebagian besar kebocoran yang terdeteksi masih belum ditangani, menggarisbawahi semakin lebarnya kesenjangan antara deteksi dan mitigasi metana.

Laporan baru UNEP pun menekankan bahwa hingga negara-negara dan perusahaan bertindak berdasarkan informasi yang sudah tersedia, meningkatnya kemampuan dunia untuk mendeteksi kebocoran metana tidak akan menghasilkan pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk memperlambat pemanasan global.

"Mengurangi emisi metana dapat mengurangi pemanasan global, memberi lebih banyak waktu untuk upaya dekarbonisasi jangka panjang. Tapi supaya target tercapai, kemajuan penting dalam pelaporan harus diwujudkan dalam pengurangan emisi," papar Direktur eksekutif UNEP, Inger Andersen.

UNEP kemudian mendorong negara-negara untuk bergabung dengan program Kemitraan Metana Minyak dan Gas 2.0 untuk mempercepat tindakan pelaporan dan mitigasi metana minyak dan gas.

Baca juga: Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau