KOMPAS.com – WWF-Indonesia turut berpartisipasi aktif dalam Lestari Summit 2025 yang digagas KG Media di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Dalam gelaran tersebut, WWF-Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendorong transformasi menuju “Nature-Positive”, sebuah inisiatif yang menggandeng para pihak untuk menghentikan degradasi dan mengembalikan kelestarian alam pada 2030.
Agar planet Bumi tetap lestari, WWF-Indonesia mengajak para pemangku kepentingan untuk menempatkan alam sebagai bagian inti dari strategi pembangunan dan pengambilan keputusan bisnis.
Chief Conservation Officer WWF-Indonesia Dewi Lestari Yani Rizki membagikan konsep mengenai pentingnya menjaga kondisi alam dan keanekaragaman hayati (kehati).
Ekosistem yang sehat dan kaya akan kehati memiliki kemampuan lebih besar dalam menyediakan manfaat langsung bagi manusia, termasuk mendukung ketahanan ekonomi.
Baca juga: WWF Indonesia Gandeng Pemkot Bogor Atasi Permasalahan Sampah Plastik
Bukan hanya itu, isu tersebut tidak bisa dilihat hanya dari satu spesies atau satu wilayah saja, melainkan sebagai rantai yang saling menopang satu sama lain.
Sebagai negara dengan ekonomi berbasis komoditas, upaya pelestarian alam di Indonesia harus dipahami sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan berkelanjutan dan transformasi ekonomi nasional.
Itu sebabnya, WWF-Indonesia turut mendorong perubahan melalui sektor riil dan sektor keuangan.
“Melalui program Sustainable Finance, kami mendorong transisi hijau melalui dua pilar utama, Greening the Finance dan Financing Green, yang tujuannya untuk mendorong aliran pembiayaan dan pendanaan ke arah yang berkelanjutan,” ujar Dewi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (29/10/2025).
Lestari Summit 2025 menjadi forum ideal bagi WWF-Indonesia untuk mengedepankan topik pelestarian bumi dalam konsep keterkaitan antara pelaku ekonomi dan alam melalui kerangka Taskforce on Nature-related Financial Disclosure (TNFD).
Baca juga: WWF Indonesia: Perdagangan Karbon Internasional Bisa Bawa Dampak Positif
Dalam diskusi panel bersama PLN dan Carbon Ethics, Sustainable Finance Specialist WWF-Indonesia Fiona Armintasari memaparkan bagaimana TNFD dapat membantu perusahaan memahami ketergantungan dan dampak mereka terhadap alam, serta risiko dan peluang yang muncul.
Sustainable Finance Specialist WWF-Indonesia, Fiona Armintasari, memaparkan konsep ekonomi nature-positive dalam sesi diskusi Lestari Summit 2025.Fiona menegaskan bahwa pelaporan seperti TNFD tidak boleh dianggap sebagai tujuan akhir atau sekedar memenuhi kewajiban administrasi.
Sebaliknya, pelaporan itu harus menjadi panduan strategis bagi pelaku usaha dalam mengintegrasikan dan membuat keputusan yang berdampak langsung pada kelestarian alam, serta keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.
Panggung utama Lestari Summit 2025 di Jakarta, forum tahunan yang mengangkat kolaborasi lintas sektor menuju pembangunan berkelanjutan. Pada kesempatan tersebut, WWF-Indonesia juga menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam menjaga keberlanjutan Bumi.
Pasalnya, menjaga alam adalah upaya dan investasi jangka panjang yang butuh peran semua pihak, terutama generasi muda.
Baca juga: Mengintip Pesan Lingkungan di Gelaran Ramah Bumi WWF Indonesia
Melalui inisiatif Plastic Smart Cities bersama Youthlab Indonesia, WWF-Indonesia meluncurkan Youth Sustainability Index di Lestari Summit 2025. Indeks ini memetakan sikap dan perilaku 1.000 pemuda terhadap isu keberlanjutan.
Menurut Pendiri Youthlab Indonesia Dr Muhammad Faisal dari, hasil riset tersebut menunjukan bahwa generasi muda Indonesia memiliki posisi penting dalam mendorong terciptanya masa depan yang lebih lestari.
Meski kesadaran terhadap isu lingkungan terus meningkat, masih terdapat kesenjangan antara pemahaman dan aksi nyata.
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, dibutuhkan kebijakan yang berpihak, pendidikan yang relevan, serta dukungan sistem yang kuat.
Pengunjung mengunjungi booth WWF-Indonesia di Lestari Summit 2025, Jakarta. WWF menampilkan berbagai inisiatif keberlanjutan seperti Bumi Kopi dan Plastic Smart Cities. Tak hanya hadir di panggung utama, WWF-Indonesia juga membuka stan interaktif guna mengajak pengunjung mengenal inisiatif Plastic Smart Cities, Sustainable Finance, Members of Nature.
Baca juga: WWF Indonesia Bikin Kampanye untuk Ajak Masyarakat Jaga Warisan Alam Tanah Air
Tidak hanya itu, pengunjung juga diajak mencicipi Bumi Kopi, produk kopi dari perkebunan dampingan anak usaha WWF-Indonesia yang dikelola secara berkelanjutan.
Kopi tersebut turut mendukung pemberdayaan masyarakat lokal dan konservasi satwa liar, mendapatkan sambutan positif dari para pengunjung.
Upaya seperti itu menunjukkan bahwa konservasi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) tak hanya penting untuk menjaga dan memulihkan alam, tapi juga dapat menciptakan nilai ekonomi dan memperkuat bisnis di tengah risiko lingkungan yang terus meningkat.
Selain berpartipasi aktif dalam forum diskusi, WWF-Indonesia turut mendukung pelaksanaan Lestari Award, sebuah penghargaan yang diberikan kepada para pemangku kepentingan sebagai bentuk apresiasi bagi inisiatif keberlanjutan.
Direktur Iklim dan Transformasi Pasar WWF-Indonesia Irfan Bakhtiar didapuk sebagai salah satu asesor yang menilai para penerima penghargaan.
Baca juga: KemenKopUKM dan WWF Indonesia Dorong Lembaga Bank Sampah Berbadan Hukum Koperasi
Momentum tersebut sekaligus mengingatkan bahwa transformasi keberlanjutan dengan pendekatan Nature-Positive bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan.
Perubahan harus dimulai dari komitmen dan pelaporan yang diwujudkan dengan implementasi nyata, serta diperkuat lewat kolaborasi lintas sektor.
Langkah kolektif itu tak hanya untuk kepentingan bisnis, tapi untuk kita semua. Untuk bumi, dan untuk generasi yang akan datang. Salam Lestari!
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya