Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WWF Indonesia Bikin Kampanye untuk Ajak Masyarakat Jaga Warisan Alam Tanah Air

Kompas.com, 7 Desember 2024, 08:31 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Yayasan WWF Indonesia meluncurkan kampanye bertajuk "Beyond Wildlife untuk Indonesia" di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Kampanye tersebut dikemas melalui acara bertema “Eco Echo” yang mempertemukan berbagai tokoh inspiratif dan figur publik, serta sektor swasta, komunitas, sekolah, universitas, dan pemerintah pusat, daerah, serta kota.

Tema itu menjadi simbol untuk menggemakan aksi, memberikan apresiasi, dan mengajak kolaborasi yang lebih luas untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian alam.

Chief Executive Officer (CEO) Yayasan WWF Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan, acara tersebut diharapkan dapat menjadi pengingat bagi publik bahwa pelestarian alam bukan hanya tentang satwa liar, melainkan juga tentang keberlanjutan hidup manusia.

“Acara ini mengingatkan kita bahwa setiap langkah kita meninggalkan jejak abadi pada lingkungan, seperti gema yang terus berlanjut,” ucap Aditya.

Baca juga: KKP Gandeng WWF untuk Lindungi Habitat Hiu dan Pari

Dia menambahkan, sejumlah isu, seperti polusi plastik, krisis iklim, dan hilangnya keanekaragaman hayati menjadi tantangan serius. Oleh sebab itu, menggemakan kesadaran terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab bersama diharapkan dapat memicu perubahan yang berdampak panjang bagi ekosistem.

CEO Yayasan WWF Indonesia Aditya Bayunanda KOMPAS.com/ANINGTIAS JATMIKA CEO Yayasan WWF Indonesia Aditya Bayunanda

Kampanye Beyond Wildlife, lanjutnya, didasarkan pada kondisi Bumi yang tertera dalam laporan Living Planet 2024 yang dikeluarkan WWF.

Laporan itu menyebutkan, dalam kurun waktu 50 tahun, yakni pada periode 1970-2020, jumlah populasi satwa liar di dunia menurun 73 persen.

Artinya, Bumi mendekati titik kritis yang berbahaya dan dapat menimbulkan ancaman besar bagi umat manusia. Oleh sebab itu, itu diperlukan upaya kolektif yang besar selama lima tahun ke depan guna mengatasi krisis iklim dan alam.

Baca juga: WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

Pasalnya, krisis iklim serta alam mendorong satwa liar dan ekosistem melampaui batas kemampuan satwa liar. Pada akhirnya, titik kritis global dapat merusak sistem penyangga kehidupan di Bumi dan mengacaukan kehidupan masyarakat.

“Kita punya peran penting dalam menjaga Bumi ini. Melalui aksi kolektif ini, kita dapat menciptakan perubahan positif yang mendukung keberlanjutan kehidupan,” tuturnya.

Gelaran Eco Echo dikemas dengan berbagai keseruan. Salah satunya adalah gelar wicara (nature talks) dengan berbagai topik menarik, mulai dari kontribusi generasi muda dalam pelestarian alam, langkah strategis kota-kota di Asia Tenggara dalam mengimplementasikan Paris Agreement, gerakan cinta alam untuk konservasi, hingga industri kreatif yang menginspirasi gerakan untuk melindungi alam.

Peragaan busana ramah lingkungan Denyut Semesta persembahan Asri Welas dalam acara Eco Echo yang diinisiasi WWF Indonesia.KOMPAS.com/ANINGTIAS JATMIKA Peragaan busana ramah lingkungan Denyut Semesta persembahan Asri Welas dalam acara Eco Echo yang diinisiasi WWF Indonesia.

Diskusi interaktif itu menghadirkan sejumlah narasumber, seperti Head of Sustainability HSBC Nuni Sutyoko, Penjabat Wali Kota Probolinggo Taufik Kurniawan, tokoh pendidikan Najeela Shihab, pemerhati lingkungan Budisatrio Djiwandono, serta figur publik, seperti Chicco Jerikho, Nadine Chandrawinata, Sherina, dan Jay Subyakto.

Para peserta juga bisa mengikuti sustainable ecopreneurs workshop dan berbelanja produk ramah lingkungan di sejumlah stan di area.

Acara semakin menarik dengan cultural show, penampilan Yura Yunita, serta peragaan busana ramah lingkungan Denyut Semesta yang merupakan kolaborasi antara Asri Welas dengan Aming, Prisia Nasution, Asty Ananta, Indy Barends, Della Dartyan, dan Poppy Sofia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
LSM/Figur
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Swasta
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
LSM/Figur
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
LSM/Figur
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau