KOMPAS.com - Sebuah studi menemukan aktivitas manusia makin mendominasi di planet ini. Studi tersebut menyebut pergerakan manusia kini 40 kali lebih banyak dibandingkan pergerakan semua hewan liar, termasuk mamalia darat, burung, dan artropoda.
Dominasi pergerakan manusia ini bukan fenomena baru melainkan telah meningkat tajam selama 200 tahun terakhir.
Dalam studinya, tim peneliti dari Weizmann Institute of Science di Israel menggunakan metode pergerakan biomassa untuk mengukur pergerakan untuk membandingkan manusia dan hewan dalam skala yang sama.
Melansir Earth, Selasa (4/11/2025) manusia kini menyumbang lebih banyak pergerakan daripada hewan liar darat karena jumlah kita miliaran dan bepergian setiap hari.
Rata-rata, setiap orang menempuh jarak sekitar 30 km per hari.
Baca juga: Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Sekitar 65 persen pergerakan biomassa manusia terjadi dengan mobil atau sepeda motor, 10 persen dengan pesawat terbang, 5 persen dengan kereta api, dan 20 persen dengan berjalan kaki atau bersepeda.
Bahkan berjalan kaki sendiri kini melampaui gabungan pergerakan mamalia darat, burung, dan artropoda liar dengan perbandingan sekitar enam banding satu.
Hasil studi kemudian menemukan biomassa mamalia sejak tahun 1850 menunjukkan perubahan yang tajam.
Biomassa mamalia liar turun sekitar 70 persen, sementara biomassa manusia meningkat sekitar 700 persen dan mamalia peliharaan meningkat sekitar 400 persen.
Angka-angka tersebut mencerminkan pertumbuhan populasi dan penyebaran perjalanan bermotor. Angka-angka tersebut juga menggambarkan bagaimana spesies peliharaan menggantikan satwa liar baik dalam hal massa maupun gerakan.
Pentingnya pergerakan hewan
Pergerakan hewan merupakan hal yang penting karena membantu menyebarkan nutrisi, benih, energi, dan gen di seluruh bentang alam. Saat aktivitas tersebut menurun, ekosistem akan terganggu.
Berkurangnya pergerakan dapat menurunkan kelangsungan hidup, mempersempit jangkauan, dan mengisolasi populasi. Hal ini juga melemahkan proses alami yang menjaga tanah, sungai, dan jaring makanan tetap berfungsi.
Aktivitas manusia mengubah cara hewan bergerak, seberapa jauh mereka pergi, dan kapan mereka bepergian.
Baca juga: Terobosan Investigasi: Pakai AI untuk Bongkar Perdagangan Satwa Liar Global
Manusia yang berjalan kaki adalah penggerak yang efisien, tetapi sayangnya saat ini pergerakan manusia lebih banyak didominasi oleh mesin yang boros energi.
Ketika biaya energi yang tinggi ini dikalikan dengan miliaran perjalanan yang dilakukan manusia setiap tahun, total energi yang digunakan menjadi sangat besar.
Penggunaan energi yang masif ini menghasilkan emisi, polusi, dan kebutuhan infrastruktur yang meningkatkan tekanan ekologis di seluruh dunia.
Lebih lanjut, studi menyebut praktik konservasi seperti menciptakan koridor satwa liar atau jembatan ekologis dapat memfasilitasi pergerakan alami satwa tanpa menempatkan mereka dalam risiko.
Kematian atau cedera satwa liar sering kali terjadi ketika mereka harus menyeberang jalan raya, perkebunan, atau area yang dikembangkan manusia.
Studi ini dipublikasikan di jurnal Nature Ecology & Evolution.
Baca juga: Belantara Foundation Ajak Anak Muda Cermati Biodiversitas Sekitar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya