Menurutnya, jika ada anak atau saudara yang mengalami masalah pertumbuhan, salah satu penyebabnya adalah makanan yang tidak bergizi.
Oleh karena itu, makanan bergizi, pendidikan, dan kesehatan harus berjalan bersama untuk mencapai kesejahteraan manusia yang berkelanjutan.
Dalam kegiatan tersebut juga disampaikan laporan capaian SDGs Indonesia oleh Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas sekaligus Ketua Tim Pelaksana SDGs Indonesia Leonardo AA Teguh Sambodo.
Ia menyampaikan bahwa capaian Indonesia menggambarkan kepemimpinan dalam pencapaian SDGs secara global.
Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang mengarus utamakan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan.
Baca juga: Bappenas Sebut 50 Persen Masyarakat Indonesia Belum Mampu Beli Makanan Bergizi Seimbang
Hal ini dimulai sejak 2017 dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 yang dimutakhirkan melalui Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022.
Pada 2020, sebanyak 116 indikator SDGs telah masuk ke dalam RPJMN 2020-2024 dan dimutakhirkan kembali saat Bappenas menyusun RPJMN 2025-2029.
Indonesia juga merupakan salah satu dari empat negara yang sudah menyampaikan Voluntary National Review (VNR) keempat kalinya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap komitmen pelaksanaan SDGs.
"Semua ini merupakan hasil dari kolaborasi kita bersama sehingga melalui Peraturan Presiden 111 Tahun 2022, harapannya ini terus bisa diperkuat dalam mencapai target SDGs sampai 2030," kata Teguh.
Saat ini, Kementerian PPN/Bappenas sedang memutakhirkan Rancangan Peraturan Presiden yang baru serta menyusun Rencana Aksi Nasional SDGs 2025-2030.
Teguh menjelaskan bahwa secara global, capaian SDGs memiliki kecenderungan melambat akibat dinamika geopolitik dan tekanan ekonomi.
Baca juga: Bappenas Tekankan Ekonomi Hijau Jadi Arah Utama Pembangunan
Hanya 18 persen target global yang on track berdasarkan data agregat PBB tahun 2025. Di tingkat regional Asia-Pasifik, capaiannya juga tidak jauh berbeda, sekitar 17 hingga 18 persen.
“Indonesia sendiri telah mencapai 62 persen dari 152 indikator SDGs yang dapat diukur. Angka ini meningkat 0,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 61,4 persen,” terang Teguh.
Namun, ia mencatat bahwa masih terdapat 24 persen atau 59 indikator yang memerlukan perhatian khusus dan percepatan agar kembali on track.
Sementara itu, 40 indikator belum memiliki data capaian pada 2024 sehingga perlu penguatan upaya penyediaan data.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya