Sebuah studi konservasi di DAS Arui (Papua) oleh Mahmud (2023) menunjukkan bahwa skenario “mixed tree and oil palm plantations”, bersama praktik konservasi seperti mulsa dan pengurangan pembajakan, dapat secara signifikan mengurangi limpasan permukaan dan potensi banjir.
Baca juga: Deretan Konglomerat yang Merajai Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Apabila kita hendak menegakkan model sawit yang lebih berkelanjutan — bukan dengan pelarangan tunggal, tetapi dengan regulasi, insentif, dan manajemen cermat — agroforestri bisa jadi “jalan tengah” yang layak. Dengan penataan spasial yang berhati-hati (jarak tanam, zona buffer, pilihan pohon pelengkap), produksi sawit dapat tetap berjalan; sekaligus lanskap mengembalikan sebagian fungsi ekologisnya.
Namun ini bukan solusi instan: dibutuhkan panduan teknis yang jelas, monitoring ketat, akses modal bagi petani, dan regulasi zonasi lahan — terutama melarang konversi hutan primer atau lahan gambut. Jika tanpa kontrol, maka agroforestri bisa hanyalah ‘pelangi di atas konflik ekologis’.
Baca juga: Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Agroforestri sawit bukan mimpi utopis, melainkan adaptasi pragmatis terhadap kenyataan Indonesia: kebutuhan ekonomi, tekanan demografi, dan krisis ekologis yang makin nyata. Bila dilakukan dengan perhitungan ilmiah (fisiologi tanaman, hidrologi, karbon, sosio-ekonomi), sawit bisa berada dalam lanskap yang lebih manusiawi — bukan eksploitasi semata.
Tetapi kita juga harus jujur: sawit bukan hutan. Ia tidak bisa menyamai hutan alam dalam hal keanekaragaman hayati, habitat spesies unik, atau stok karbon jangka panjang. Klaim bahwa sawit bisa mengganti hutan sepenuhnya sama absurdnya dengan klaim bahwa beton bisa menjadi tanah subur.
Jika kita benar-benar peduli pada masa depan — terhadap petani, ekosistem, dan generasi mendatang — maka kita harus berani memilih “jalan tengah”: bukan anti-sawit, tetapi sawit yang ditata dan dikelola dengan tanggung jawab ekologis. Inilah visi sawit masa depan — produktif, lestari, dan adil.
Baca juga: Agroforestri Efektif Jaga Biodiversitas Hutan Tropis, Gambut, Pesisir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya