KOMPAS.com - Kehilangan dan pemborosan makanan global merupakan masalah yang signifikan. Kegagalan dalam logistik dan manajemen antara pasokan dan permintaan menjadi pendorong utama pemborosan tersebut.
Masalah ini begitu kronis sehingga sekitar 20 persen dari seluruh makanan yang diproduksi di seluruh dunia terbuang sia-sia, menurut Program Pangan Dunia (FAO) PBB.
Secara keseluruhan, jumlah tersebut setara dengan satu miliar makanan setiap hari.
Sementara di sisi lain, menangani limbah makanan yang begitu meluas memerlukan koordinasi yang efisien dan perencanaan yang lebih baik di seluruh rantai pasok, terutama sebelum produk mencapai pengecer.
Dalam laporan yang baru-baru ini diterbitkan, DP World, salah satu perusahaan rantai pasok, merinci nilai tersembunyi dari logistik barang yang mudah rusak serta mengeksplorasi bagaimana rantai pasok dapat bertransformasi untuk membatasi limbah makanan.
Baca juga: Studi: Masyarakat Salah Paham Tentang Dampak Lingkungan Makanan Sehari-hari
Pemborosan dalam rantai pasok
Melansir Sustainability Magazine, Jumat (5/12/2025) menurut FAO, inefisiensi rantai pasok berkontribusi terhadap sekitar 400 miliar dolar AS pemborosan makanan global sebelum barang sampai di pengecer.
Sebagian besar kerugian ini terjadi selama transit, terutama di wilayah yang lebih panas di mana suhu ekstrem membahayakan kondisi penyimpanan dan transportasi.
Masalah seperti kurangnya rantai dingin (cold chain) atau fasilitas yang dikontrol suhu, kelebihan produksi, permintaan yang berfluktuasi, dan standar penilaian yang tidak konsisten semakin memperbesar kerugian ini.
Untuk mengatasinya, solusinya adalah menggunakan data dan teknologi untuk membuat seluruh rantai pasok lebih transparan dan efisien sambil memastikan produk yang paling rentan dapat menjangkau pasar dengan cepat.
UN Environment Programme (UNEP) memperkirakan bahwa limbah makanan menghasilkan 8-10 persen dari emisi gas rumah kaca global, yang sebagian besar berasal dari rantai pasok.
Sementara itu, sekitar 2,8 miliar orang tidak mampu membeli makanan bergizi dan ratusan juta orang lainnya menderita kelaparan setiap hari.
"Jika kita ingin mengatasinya, mendapatkan logistik yang tepat sangatlah penting, terutama di belahan bumi selatan, di mana infrastruktur rantai dingin membutuhkan investasi yang lebih berkelanjutan," kata Alfred Whitman, Wakil Presiden Global, Barang yang Mudah Rusak & Pertanian di DP World.
"Itulah mengapa laporan ini penting. Untuk membangun rantai pasokan yang lebih andal, kita harus mengetahui harga dari gangguan. Dan untuk meningkatkan logistik dengan cepat, kita perlu tahu apa yang diprioritaskan atau gagal diprioritaskan oleh pemilik kargo," tambahnya.
Gangguan Logistik
Laporan DP World juga menganalisis tanggapan survei dari pemilik kargo barang yang mudah rusak, dengan fokus pada frekuensi dan dampak finansial dari gangguan terhadap pengiriman barang.
Volatilitas geopolitik telah menjadi sumber utama ketidakstabilan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi perubahan pola cuaca kini menjadi tantangan terbesar bagi sektor logistik.
Sebanyak 93 persen responden DP World melaporkan bahwa gangguan terkait iklim merupakan risiko utama, menyebutkan kekeringan, banjir, dan suhu ekstrem sebagai ancaman berulang bagi bisnis mereka.
Baca juga: Inisiatif Food Waste Breakthrough: Target Potong Setengah Sampah Makanan Kota
Penelitian dari King's College London memperingatkan bahwa guncangan iklim yang semakin parah dapat menyebabkan kerugian rantai pasokan global senilai total 25 triliun dolar AS pada tahun 2060.
Tekanan yang berkelanjutan ini mendorong biaya lebih tinggi dan menyebabkan penurunan kepuasan pelanggan bagi banyak perusahaan.
Untuk mengelola gangguan, 53 persen responden telah beralih ke logistik kontrak, 51 persen mengandalkan layanan transportasi domestik, 49 persen menerapkan teknologi rantai pasokan, dan 47 persen bekerja sama dengan perusahaan pengiriman barang.
Lebih lanjut, DP World mengidentifikasi lima tindakan utama untuk memperkuat ketahanan dan mengurangi limbah makanan.
Ini termasuk melacak limbah yang dihindari dan tingkat karbon di seluruh rantai dingin, menggunakan visibilitas data sebagai ukuran keberlanjutan dan memperkenalkan analitik prediktif serta AI untuk mendeteksi risiko sejak dini.
Investasi dalam rantai dingin yang canggih di tingkat lokal/regional juga sangat penting untuk menjaga kualitas makanan.
Demikian pula, standar keberhasilan logistik harus ditingkatkan dari sekadar pengiriman menjadi pengiriman kualitas tinggi. Dengan berinvestasi pada sistem pendingin yang kuat, sektor ini akan mendapatkan manfaat ganda yang signifikan yakni meningkatkan kepercayaan pelanggan sekaligus memecahkan masalah limbah, emisi, dan kelaparan secara global.
sumber https://sustainabilitymag.com/news/dp-world-supply-chains-must-change-to-end-food-waste-crisis
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya