Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Laut Naik 9 Cm Hanya dalam 30 Tahun, NASA Tunjukkan Lewat Animasi

Kompas.com - 07/07/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Hanya dalam 30 tahun, dari 1993 hingga 2023, rata-rata permukaan air laut dunia telah naik lebih dari 9 sentimeter (cm) karena perubahan iklim.

Kenaikan permukaan air laut tersebut dianimasikan oleh badan antariksa AS, National Aeronautics and Space Administration (NASA), melalui animasi yang dirilis di website-nya.

Animasi tersebut dibuat oleh Andrew J Christensen, visualisator data untuk Studio Visualisasi Ilmiah NASA dan dirilis pada 16 Juni 2023.

Baca juga: Luas Es Laut Antarktika Pecahkan Rekor Terendah pada Juni

Animasi tersebut menampilkan perubahan pada permukaan laut global berdasarkan tangkapan citra satelit antara 1993 dan 2022. Animasinya bisa dilihat di sini.

NASA sengaja membuat animasi tersebut dengan metafora visual dari jendela kapal yang tenggelam untuk melihat seberapa tinggi kenaikan air laut.

Science Alert menyebutkan, pemanasan global dan perubahan iklim saat ini sangat dirasakan oleh masyarakat pesisir di seluruh dunia.

Jutaan orang lain juga diperkirakan akan terkena dampak kenaikan air laut yang akan membuat garis pantai semakin meninggi, kecuali jika emisi dikurangi secara drastis hingga nol.

Sejak 1993, permukaan laut telah diukur secara rutin oleh satelit. Dari situ, para peneliti dapat menghitung dan memonitor ketinggian permukaan laut.

“Kami memiliki gambaran yang jelas tentang kenaikan permukaan laut baru-baru ini. Dan dapat memproyeksikan dengan lebih baik seberapa banyak dan seberapa cepat lautan akan terus naik,” jelas Direktur Divisi Ilmu Bumi NASA Karen St Germain.

Baca juga: Darat dan Lautan Catatkan Rekor Terhangat, Upaya Perlawanan Pemanasan Global Dipertanyakan

Ninabobo

Kenaikan permukaan air laut tersebut tak lepas dari pemanasan global dan perubahan iklim yang membuat es di kutub mencair.

Pemanasan global dan perubahan iklim disebabkan karena banyaknya emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer, sehingga menjebak lebih banyak panas matahari di permukaan Bumi.

Banyaknya emisi GRK tak lain dan tak bukan disebabkan oleh aktivitas manusia. Menurut badan perlindungan lingkungan AS, Environmental Protection Agency (EPA), 65 persen emisi GRK berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan kegiatan industri.

Ilustrasi lautiStockphoto/Dougall_Photography Ilustrasi laut

Lautan berperan menyerap 90 persen panas matahari yang jatuh ke Bumi. Bagian permukaan laut, dengan kedalaman beberapa meter, menyimpan panas sebanyak seluruh atmosfer Bumi.

Baca juga: Eropa Jadi Benua yang Menghangat Paling Cepat karena Pemanasan Global

Saat laut menghangat, airnya memuai dan membuat permukaan laut lebih tinggi. Permukaan air laut akan semakin tinggi karena mencairnya lapisan es di kutub dan gelombang badai.

“Dengan menyerap semua panas ini, lautan meninabobokan manusia ke dalam rasa aman palsu bahwa perubahan iklim berjalan lambat,” kata Matthew England, seorang ahli kelautan dan ilmuwan iklim di University of New South Wales, Sydney, kepada The Guardian.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com