KOMPAS.com - Perubahan iklim rupanya berimbas terhadap ketepatan waktu di seluruh dunia.
Untuk diketahui, perubahan iklim karena pemanasan global telah membuat banyak es di kutub utara dan kutub selatan mencair.
Mencairnya es di kutub Bumi menambah volume air sehingga memengaruhi distribusi massa air laut yang pada akhirnya memperlambat rotasi planet ini.
Dampaknya, pencatatan waktu global perlu dikurangi satu detik dalam beberapa tahun mendatang.
"Pemanasan global telah memengaruhi ketepatan waktu global," tulis Duncan Carr Agnew penulis dari penelitian berjudul "A global timekeeping problem postponed by global warming" yang diterbitkan di jurnal Nature, Rabu (27/3/2024).
Baca juga: Perempuan Berperan Besar Memitigasi Perubahan Iklim
Sebagian besar negara-negara di dunia saat ini menyepakati standard waktu Universal Time Coordinated (UTC) atau Waktu Universal Terkoordinasi.
Standard ini menghitung waktu berdasarkan rotasi Bumi, sebagaimana dilansir BBC.
Akan tetapi, laju rotasi Bumi tidaklah konstan, bisa berubah tergantung pada apa yang terjadi di kerak Bumi dan inti luar Bumi yang berbentuk cair.
Karena rotasi Bumi tidak konstan, maka para peneliti secara teratur mengoreksi penghitungan waktu.
Baca juga: Perempuan Lebih Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Ini Sebabnya
Sejak 1970-an, total sudah ada 27 detik waktu yang sudah ditambahkan ke jam global.
Di sisi lain, saat ini Bumi tengah mengalami percepatan yang disebabkan oleh inti luar planet Bumi.
Sangat sedikit yang diketahui tentang apa yang terjadi sekitar 1.800 mil di bawah permukaan Bumi ini, dan tidak jelas mengapa kecepatan inti luar Bumi dapat berubah.
Penelitian terbaru yang ditulis Agnew tersebut menemukan, pencairan es yang disebabkan oleh perubahan iklim telah mengimbangi percepatan yang terjadi.
Dan untuk kali pertama sejak lebih dari 40 tahun lalu, waktu kemungkinan dikurangi satu detik pada 2026.
Baca juga: Pemerintah Luncurkan Rencana Aksi Nasional Gender dan Perubahan Iklim
Meski waktu yang dikurangi hanya satu detik, dampak yang ditimbulkan tidan bisa dianggap remeh.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya