Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percepat Net Zero Emission, Indonesia Perlu Bangun Infrastruktur Jaringan Kelistrikan Terdesentralisasi

Kompas.com - 16/11/2023, 20:51 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pencapaian target Net Zero Emission melalui pemanfaatan sumber energi terbarukan perlu dibarengi dengan pembaruan infrastruktur jaringan kelistrikan terdesentralisasi. Ini diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan energi masa depan.

Hal tersebut ditekankan oleh Schneider Electric dalam panel diskusi yang diselenggarakan konferensi Enlit Asia 2023 dengan tajuk “Strengthening ASEAN Readiness in Energy Transition” pada 14-16 November 2023.

Business Vice President Power System Schneider Electric Indonesia Surya Fitri menyampaikan, jaringan listrik cerdas (smart grid) terdesentralisasi yang diperkuat oleh pembangkit listrik terbarukan bisa mempercepat tujuan emisi nol bersih.

Baca juga: Jaringan 5G dan Perannya terhadap Keberlanjutan

Pasalnya, smart grid penting untuk memastikan ketersediaan pasokan energi yang efisien, tangguh, dan andal untuk masa depan.

“Terlebih lagi, smart grid memungkinkan kita untuk memprediksi, mendeteksi, dan mencegah berbagai gangguan mulai dari potensi susut energi (power losses) dan listrik padam secara tiba-tiba,” kata Surya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (15/11/2023).

Smart grid, lanjutnya, juga memberikan fleksibilitas yang tinggi dalam mengelola berbagai sumber daya energi terbarukan yang ke depannya diperkirakan akan semakin bervariasi.

Transformasi sektor kelistrikan masa depan, khususnya dalam sistem jaringan distribusi perlu mencakup visibilitas menyeluruh atas seluruh aset jaringan, kendali jarak jauh, kemampuan analitik secara real-time, aksesibilitas tanpa henti, dan jaminan keamanan data.

Baca juga: Smart Pumping, Upaya Konservasi Sumber Daya Air dalam Pemenuhan Standar Industri Hijau

Surya menjelaskan bahwa para ahli kelistrikan Schneider Electric juga berbagi wawasan terkait grid of the future dan berbagi pengalaman dalam mendukung transformasi perusahaan utilitas di berbagai negara, seperti ENEL dari Italia, SA Power Network dari Australia Selatan, dan PG&E di California.

Suasana Booth Schneider Electric di Acara Enlit Asia 2023.DOK. SCHNEIDER ELECTRIC Suasana Booth Schneider Electric di Acara Enlit Asia 2023.

Dalam kesempatan tersebut, Schneider Electric juga menampilkan sejumlah solusi inovatif yang bertujuan untuk mendukung pembaruan infrastruktur jaringan kelistrikan masa depan yang lebih berkelanjutan dan berbasis digital.

Beberapa solusi smart grid yang ditampilkan meliputi SM AirSet; sebuah inovasi switchgear berinsulasi udara modular dan EcoStruxure Power Monitoring Expert; sebuah perangkat lunak untuk pemantauan daya listrik.

Kemudian, EcoStruxure Building Operation; sebuah perangkat lunak manajemen gedung, EcoStruxureTransformer Expert; sebuah sistem pemantauan canggih pada transformator (trafo), dan PowerLogic T300; perangkat feeder automatisasi yang menghadirkan fungsi pemantauan di jaringan distribusi listrik di atas dan di bawah tanah.

Baca juga: Tingkat Kepercayaan Perusahaan Indonesia Mencapai Tujuan Sustainability Lebih Tinggi dari Singapura dan Malaysia

Selanjutnya, PowerLogic P5; relai proteksi (protection relay) untuk aplikasi tegangan menengah dan Easy UPS 3-Phase Modular; UPS 3 fase 50-250 kW (400V) yang modular.

Pada Enlit Asia 2023, Schneider Electric juga membagikan wawasan tentang sektor energi.
Sektor energi adalah salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar dalam lingkup global dengan 36 persen dari total emisi dunia.

Bagi Indonesia, sektor energi dan transportasi mendominasi emisi dengan persentase sebesar 50,6 persen (potensi sebesar 1 giga ton karbon dioksida ekuivalen atau CO2eq) dari total emisi di Indonesia pada 2022.

Baca juga: Schneider Electric Beri Panduan untuk Memaksimalkan Potensi Data Center dan AI

Potensi emisi pun akan terus meningkat hingga 2030, di mana persentase emisi dari sektor energi diprediksi akan menyentuh angka 1,4 giga ton CO2eq (atau sebesar 59 persen).

“Sektor energi, termasuk kelistrikan membutuhkan strategi perencanaan transformasi yang komprehensif dan dukungan mitra digital yang mumpuni dan terstandardisasi,” kata Surya.

Sektor ini, lanjutnya, menjadi tonggak utama kesuksesan upaya dunia yang tengah bergerak menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com