Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profit dan Dampak Bisa Berjalan Beriringan dalam Bisnis Berkelanjutan

Kompas.com - 25/10/2024, 18:24 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - United Nations (UN) Global Compact rutin menyelenggarakan penghargaan SDG Pioneer 2024 untuk para profesional yang berdedikasi dalam mendorong dan berinovasi dalam SDGs melalui teknologi, inisiatif, dan model bisnis baru sesuai dengan 10 Prinsip UN Global Compact.

Executive Director, UN Global Network Compact Indonesia (IGCN), Josephine Satyono mengatakan, bisnis berkelanjutan tidak hanya yang bisa memberikan dampak. Melainkan juga tetap menghasilkan keuntungan. 

"Ada banyak dari para profesional, passionate leaders yang memang bisa mengarahkan bisnis untuk berkontribusi lebih lagi kepada masyarakat. Jadi, selain mereka membuat bisnisnya profitable, namun juga berdampak kepada masyarakat. Sehingga, ini berjalan bersama," ujar Josephine di jakarta, Kamis (24/10/2024). 

Baca juga: Anak Muda Perlu Dilibatkan dalam Diskusi Isu Keberlanjutan

Ia menjelaskan bahwa ketika suatu bisnis tidak menguntungkan, pada akhirnya juga tidak dapat menjadi sustainable (berkelanjutan). 

Sementara, saat suatu bisnis sudah profit atau untung, maka perusahaan tersebut lebih pasti memiliki kesempatan untuk berkontribusi lebih. 

"Kalau semakin banyak dunia bisnis melakukan seperti itu, saya kira mungkin dalam waktu dekat kemiskinan bisa dientaskan, lingkungan lebih bisa terjaga, dan kita akan lebih memiliki sustainable future," imbuhnya. 

Tren keberlanjutan di dunia bisnis

Lebih lanjut, Josephine menilai bahwa tren keberlanjutan (sustainability) semakin meningkat di tengah industri Tanah Air. 

"Kita lihat juga sekarang untuk profesional-profesional di sustainability juga semakin meningkat. Ketertarikan untuk melihat proses di dalam bisnis itu seperti dengan memperhatikan ESG, itu sudah semakin kuat," terangnya. 

Meski sudah banyak pelaku usaha atau pemimpin yang bergerak dalam keberlanjutan, kata dia, rekognisi dalam hal tersebut masih belum begitu besar. 

"Jadi, ini (SDG Pioneer 2024) adalah ajang untuk me-rekognisi, tapi juga kemudian mendorong untuk lebih banyak lagi para leaders-leaders di dunia ini, di global, untuk lebih banyak berkontribusi," kata dia. 

 Baca juga: 79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Sebagai informasi, UN Global Compact sebagai penyelenggara, memang memiliki misi untuk mengajak dunia bisnis melakukan operasi bisnis secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. 

"Di UN Global Compact, ada 10 prinsip yang dicanangkan oleh Sekjen PBB, terdiri dari empat pilar. Bagaimana responsible business itu menjalankan bisnis mereka, bertanggung jawab dengan menghormati hak asasi manusia, menghormati hak-hak tenaga kerjaan, menjaga lingkungan, dan menghentikan korupsi. Itu sudah terkoneksi dengan 17 goals, dan terkoneksi dengan environmental, social, and governance (ESG)," papar dia. 

Menurut Josephine, sejumlah perusahaan yang diriset membuktikan bahwa keuntungan maupun dampak positif bisa terjadi bersamaan, bila perusahaan menerapkan prinsip berkelanjutan. 

"Investor melihat anggota-anggota yang masuk ke Global Compact itu, mereka cenderung lebih profit dari perusahaan-perusahaan yang tidak mengadopsi 10 prinsip itu. Ini ada studinya. Jadi terlihat bahwa dengan melakukan itu (prinsip keberlanjutan) mereka akan lebih sustainable dan lebih profitable," pungkasnya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau