Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Kekeringan Musim Kemarau, Distribusi Air Bersih Bukan Solusi Utama

Kompas.com, 2 Mei 2023, 11:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah daerah diminta untuk tidak sekadar menangani potensi kekeringan selama musim kemarai dengan cara mendistribusikan air bersih atau dropping.

Peneliti Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Djati Mardiatno mengatakan, distribusi air bersih sifatnya hanyalah respons.

Dia menilai, banyaknya distribusi air bersih menunjukkan bahwa manajemen risiko kekeringan di suatu daerah masih perlu diperbaiki.

Baca juga: Layanan Mudik 2023, Sarana Air Bersih dan Sanitasi Tersedia di 46 Titik Seluruh Indonesia

“Distribusi air bersih kan sifatnya hanya respons ya. Keberhasilan penanganan bencana kekeringan justru ditandai berkurangnya dropping yang dilakukan,” kata Djati, sebagaimana dilansir Antara, Minggu (30/4/2023).

Di sisi lain, minimnya distribusi air bersih ke daerah yang dilanda kekeringan menunjukkan bahwa pemerintah daerah dan warga setempat mampu memitigasi dan mengantisipasi sebelum kekeringan terjadi.

Djati mencontohkan, beberapa wilayah di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi langganan kekeringan saat musim kemarau.

Semestinya di sana sudah terbangun sarana sumur bor serta pipanisasi secara memadai hingga menjangkau seluruh permukiman warga.

Baca juga: Penumpang Bisa Membeli Souvenir UMKM Saat Memesan Tiket Pelita Air

Selain itu, warga setempat juga dipastikan telah memiliki budaya memanen air hujan dengan cara menyiapkan tandon air secara mandiri.

Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramalkan bahwa musim kemarau tahun ini diprediksi lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Mengantisipasi ramalan dari BMKG, Djati berujar bahwa dengan kesiapan, pemerintah daerah dan warga bisa dengan tenang menghadapi kemungkinan terjadi kekeringan.

“Sebetulnya kita kan sudah beberapa kali menghadapi fenomena El-Nino. Belajar dari pengalaman semestinya sudah tidak kaget lagi,” ujar Djati.

Baca juga: Mengenal 4 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Jika kampanye memanen air hujan baru digalakkan sekarang, menurut Djati cukup terlambat meski masih memungkinkan dilakukan.

“Semestinya itu dilakukan saat awal musim hujan kemarin. Sekarang antisipasinya adalah menghemat air. Gunakan air secukupnya untuk kebutuhan sehari-hari,” ucap Djati.

Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta memprediksi awal musim kemarau 2023 di DIY terjadi pada April dasarian II yang meliputi sebagian kecil Kabupaten Sleman bagian barat, sebagian kecil Kabupaten Bantul bagian barat, dan Kabupaten Kulon Progo bagian timur.

Berikutnya, April dasarian III meliputi Kabupaten Kulon Progo bagian barat dan selatan, disusul Mei dasarian I meliputi Kabupaten Kulon Progo bagian utara, sebagian besar Kabupaten Sleman serta sebagian besar Kabupaten Bantul dan Gunungkidul.

Baca juga: Basuki Bersama Delegasi Konferensi Air PBB Rilis Platform Inisiatif Transisi Hijau

Puncak musim kemarau 2023 di DIY diperkirakan berlangsung antara Juli hingga Agustus 2023.

Sejumlah daerah di DIY yang setiap tahun berpotensi bencana kekeringan saat musim kemarau contohnya Kecamatan Rongkop dan Tepus, Kabupaten Gunungkidul; Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul; Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo; dan Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman.

Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY Lilik Andi Aryanto mengatakan, pihaknya bersama Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY segera melakukan pendataan sumber air bersih yang ada di masing-masing kabupaten.

Kesiapan ketersediaan sumur bor, pipanisasi, hingga kesiapan pasokan air bersih, menurut dia, bakal dibahas secara khusus dalam Rapat Koordinasi BPBD bersama Dinas PUP-ESDM, serta Dinas Sosial DIY pada Mei 2023.

Baca juga: Tantangan Segudang Wujudkan 100 Persen Akses Air Minum dan Sanitasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau