JAKARTA, KOMPAS.com - Kesadaran akan ancaman krisis iklim yang berdampak pada seluruh sendi kehidupan manusia harus terus digaungkan.
Bahkan, sejak usia dini, di sekolah-sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, menerapkan gaya hidup ramah alam, ramah lingkungan, efisien dalam menggunakan energi dan air, serta mendorong terciptanya inovasi-inovasi baru, adalah tanggung jawab kita bersama.
Sejumlah sekolah telah memulainya secara menyeluruh bagaimana menciptakan gaya belajar mengajar yang bersahabat dengan alam.
Baca juga: PAUD Sedap Malam, Sekolah Modular Pertama di Indonesia
Lima di antaranya, kami jadikan contoh berikut ini. Tak hanya berhasil menekan pengeluaran biaya operasional, sekolah-sekolah ini juga membuat para siswa betah belajar, bermain, dan berinteraksi.
Ini merupakan sekolah privat bertaraf internasional di Bali yang tersedia untuk jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga SMA.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 2008 ini, mengusung konsep ramah lingkungan yang akan terasa seperti berada di pedalaman hutan.
Sebab, seluruh bangunan di Green School Bali menggunakan material bambu, mulai dari dinding, pagar, meja, dan lain sebagainya.
Green School Bali juga memberikan pembelajaran kepada siswanya untuk membangun rumah lebah, mendaur ulang sampah, hingga bercocok tanam.
Tak hanya Bali, ibu kota Indonesia, DKI Jakarta juga memiliki empat sekolah yang mengusung konsep hijau dalam pembangunannya.
Keempat sekolah tersebut yakni SDN Duren Sawit 14 di Jakarta Timur; SDN Grogol Selatan 09 di Jakarta Selatan, SDN Ragunan 08 Pagi, 09 Pagi, 11 Petang di Jakarta Selatan, serta SMAN 96 Jakarta di Jakarta Barat.
Bangunan sekolah diklaim lebih hemat energi saat beroperasi karena sebagian besar kebutuhan energinya dipasok dari sumber energi terbarukan.
Melansir laman resmi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemprov DKI Jakarta, pengadaan ini bekerja sama dengan Green Building Council (GBC) Indonesia.
Dalam hal ini GBC Indonesia membantu melakukan simulasi dan analisasi terkait desain pasif untuk mengetahui kemampuan gedung dalam mengurangi penggunaan energi.
Sekolah yang berlokasi di Lombok Barat di Nusa Tenggara Barat (NTB), ini dibangun menggunakan bahan material berupa ecobrick atau limbah plastik. Ini juga diklaim sebagai bangunan yang tahan guncangan gempa.
Bahkan, SDN 04 Taman Sari menjadi sekolah bata plastik pertama di dunia, yang diinisiasi oleh Classroom of Hope (Australia).
Ini dikerja samakan oleh Block Solutions (Finlandia), Pelita Foundation Lombok, dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB.
Saat ini, bata plastik daur ulang untuk pembangunan sekolah dikirim langsung dari Finlandia.
Bahan baku ecoblock yang digunakan terdiri dari limbah plastik yang didaur ulang dan dicampur dengan serbuk kayu.
4. SMAN 8 Malang
Dalam mengusung konsep ramah lingkungan, SMAN 8 Malang telah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sejak tahun 2018 silam.
Ini merupakan bentuk corporate social responsibility (CSR) dari Paiton Energy berupa fasilitas PLTS dan laboratorium (lab) belajar energi surya.
PLTS dan lab belajar energi surya ini akan dimanfaatkan sekolah untuk pasokan energi dan edukasi.
Sementara itu, Wakasek Bidang Sarana Prasarana SMAN 8, Liliek Triani menyatakan PLTS berdaya 15,36 KVP itu bisa mengurangi beban ekonomi sekolah.
5. SDN 1 Kutosari
Tidak hanya SMAN 8 Malang, namun SDN 1 Kutosari di Jawa Tengah pun juga menerapkan energi serupa demi mengusung ramah lingkungan.
Sekolah berstatus adiwiyata ini memilih konsep energi terbarukan sebagai alternatif mencukupi kebutuhan listrik.
Setidaknya, terdapat dua solar charging point yang dipasang di atap sekolah. Inovasi ini dimanfaatkan mengaliri listrik untuk penggunaan lampu dan teks berjalan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya