Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan dan Peluang Energi Baru Terbarukan di Indonesia

Kompas.com - 04/05/2023, 20:30 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia menargetkan energi baru dan terbarukan (EBT) bisa mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional. Kini, tersisa dua tahun untuk mencapai target tersebut.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Daryatmo Mardiyanto menyampaikan bahwa hingga 2022, realisasi bauran EBT baru mencapai sekitar 12 persen.

Hal tersebut disampaikan Daryatmo sebagai pembicara dalam webinar yang diselenggarakan oleh BumiCerah.id.

Baca juga: Bicara soal Energi Baru dan Terbarukan, Wagub: Matahari Paling Panas di Dunia Ada di NTT

Padahal untuk 2022, bauran EBT ditargetkan dapat berkontribusi sebesar 15,69 persen dari bauran energi nasional.

Dia menuturkan bahwa ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target EBT dalam bauran energi nasional.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Sejumlah tantangan itu adalah batu bara dan minyak bumi masih jadu sumber energi utama, pemanfaatan gas cenderung stagnan, dan ketersediaan infrastruktur pendukung dalam pembangunan EBT yang dikembangkan secara in-situ.

Upaya untuk percepatan target 23 persen EBT dalam bauran energi nasional pada 2025 di antaranya adalah komitmen dan konsistensi pemerintah dalam melaksanakan program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.

Baca juga: Pemerintah Dukung Swasta Manfaatkan Energi Baru Terbarukan

Selain itu dilaksanakannya co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara masif, mendorong subtitusi bensin dengan bioethanol, dan mengelola pemanfaatan batu bara sesuai dengan amanat (Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum energi Nasional (RUEN).

Daryatmo menyampaikan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) mengamanatkan terwujudnya pengelolaan energi yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.

"Hal ini merupakan landasan utama penetapan porsi energi baru terbarukan sebesar 23 persen dalam bauran energi nasional pada tahun 2025 dan 31 persen pada 2050," jelas Daryatmo, sebagaimana dilansir dari situs web DEN.

Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro optimistis target EBT sebesar 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025 dapat dicapai.

Baca juga: Subsidi Kendaraan Listrik dan Energi Baru Terbarukan

Akan tetapi, terdapat tantangan yang harus diselesaikan. Sementara waktu yang tersedia hanya dua tahun secara efektif hingga tahun 2025.

Tantangan utama dalam meningkatkan EBT adalah intermiten dan keberlanjutan pasokan, sebagai contoh tenaga surya sangat bergantung pada cuaca dan energi angin atau bayu yang bergantung pada kecepatan angin.

Tantangan lainnya adalah keekonomian EBT. Harga jual listrik EBT rata-rata Rp 1.500 per kilowatt-hour (kWh) sedangkan PLTU batu bara Rp 500 - Rp 700 per kWh.

Kondisi tersebut akan memengaruhi daya beli masyarakat dan juga PLN harus mencapai biaya pokok produksi (BPP).

"Dalam menyikapi hal ini untuk mengembangkan EBT, perlu dilakukan intervensi dari pemerintah berupa pemberian subsidi yang disesuaikan dengan masing–masing jenis EBT," jelas Komaidi.

Baca juga: Tekan Emisi Gas Rumah Kaca, Bluebird Siapkan Infrastruktur Berbasis Energi Baru Terbarukan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perusahaan Sawit Didenda Rp 282 Miliar Atas Kasus Kebakaran Lahan
Perusahaan Sawit Didenda Rp 282 Miliar Atas Kasus Kebakaran Lahan
Pemerintah
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
Pemerintah
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
Pemerintah
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Pemerintah
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Pemerintah
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau