JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia dan RISE Foundation mewujudkan inisiatif perbaikan gizi remaja berkelanjutan.
Program bersama ini membidik target peningkatan kapasitas literasi gizi sehingga remaja mampu melakukan edukasi dan advokasi label pangan dan gizi.
Dalam beberan datanya, Kementerian Kesehatan merilis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) edisi 2018, bahwa remaja Indonesia mengalami beban gizi ganda yang terdiri atas kelebihan dan kekurangan gizi, termasuk defisiensi mikronutrien.
Riset itu menunjukkan bahwa ada 6,8 persen remaja usia 13-18 tahun yang bertubuh kurus.
Baca juga: Dorong Perbaikan Gizi Anak, Bio Farma Serahkan Bantuan PMT
Riset yang sama menemukan 32 persen remaja usia 15-24 tahun mengalami anemia dan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0 persen pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5 persen pada remaja usia 16-18 tahun.
Salah satu faktor penyebab terjadinya tren kenaikan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas adalah buruknya pola makan remaja.
Perilaku memilih makanan yang lebih sehat bagi dirinya masih rendah di kalangan remaja, termasuk kebiasaan membaca label pangan, terutama informasi gizi memilih pangan kemasan yang lebih bergizi.
Langkah awal program memperbaiki gizi remaja berkelanjutan ini terlaksana pada 21-23 Mei 2023 di Jakarta.
Sekitar 150 remaja yang tergabung dalam Health Heroes Facilitator (HHF) terlibat aktif dalam Kompetisi Ide Remaja “Youth Nutritiative”.
Peserta melatih teman sebaya yang telah terpilih sebagai agent of change dalam aksi perbaikan peraturan label pangan yang mendorong adanya kebijakan dari pemangku kepentingan untuk penyediaan makanan dengan kategori lebih sehat dan lebih rendah kandungan gula, garam, dan lemak (GGL).
Upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya remaja yang sering mengkonsumsi makanan olahan dalam kemasan dapat dilakukan melalui membaca dan memahami label pangan yang tercantum dalam kemasan pangan.
Label pangan sebagai media informasi yang memuat keterangan mengenai isi kandungan pangan yang bersangkutan seharusnya dapat memberikan informasi yang jelas dan benar kepada konsumen terkait asal, keamanan, mutu, kandungan gizi dan keterangan lain yang diperlukan.
"Membaca label pangan olahan akan mempengaruhi keputusan remaja sebelum membeli dan/atau mengkonsumi pangan olahan tersebut," kata Wakil dari Kementerian Kesehatan Ika Purnamasari.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya