Ketika kotoran akibat BAB sembarangan menumpuk, hal tersebut akan menarik lalat dan serangga lain.
Lalat-lalat tersebut kemudian menyebar sekitar daerah sekitarnya, membawa kotoran dan mikroba penyebab penyakit.
Dari situ, lalat-lalat tersebut hinggap di makanan dan minuman yang dimakan orang tanpa sadar. Dalam kasus seperti itu, lalat bertindak sebagai penyebar penyakit, contohnya kolera.
Baca juga: Sejarah Toilet dan Sanitasi Layak: Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu
BAB sembarangan menjadi siklus yang memperparah penyebaran penyakit di suatu wilayah.
Misalnya di suatu wilayah masih banyak orang yang mempraktikkan BAB sembarangan kemudian timbul penyakit, seperti diare dan sakit perut.
Orang yang terkena diare dan sakit perut jadi terbatas pergerakannya dan kalau ingin buang hajat, maka dia kembali mempraktikkan BAB sembarangan.
Dari situ terjadi siklus penyebaran penyakit yang semakin parah dan harus diintervensi dengan segera.
Malnutrisi pada anak-anak adalah masalah kesehatan lain akibat BAB sembarangan.
Begitu seorang anak terjangkit salah satu penyakit karena BAB sembarangan, mereka mulai kehilangan banyak cairan dan kurang nafsu makan. Akibatnya muncul kasus gizi buruk.
Selain itu, kondisinya akan semakin parah jika ada cacing usus. Masalah ini menyebabkan anak terhambat pertumbuhannya.
Daya tahan tubuh mereka juga bisa melemah sehingga rentan terhadap penyakit lain seperti pneumonia dan tuberkulosis.
Baca juga: Sanitasi Layak: Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya
BAB sembarangan dan sanitasi yang kurang layak juga dapat memicu stunting pada anak.
Sebuah studi terhadap 112 distrik di India menunjukkan bahwa jumlah anak stunting lebih tinggi di daerah praktik BAB sembarangan lebih sering terjadi.
Dalam studi tersebut disebutkan, lebih dari separuh anak-anak mengalami stunting, dan hampir sepertiga dari anak-anak mengalami stunting parah.
Studi lain menyatakan bahwa tinggal dengan atau di dekat tetangga yang terus melakukan BAB sembarangan berdampak signifikan terhadap kesehatan, apalagi di daerah yang berpenduduk padat.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya