Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Ikan Menurun Akibat Alat Tangkap Tak Ramah Lingkungan

Kompas.com - 31/05/2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi nirlaba Sustainable Fisheries Partnership (SFP) menyatakan bahwa perikanan kakap dan kerapu di Indonesia menghadapi beberapa tantangan.

Tantangan tersebut antara lain kondisi stok ikan yang semakin menurun akibat masih banyak digunakannya alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Direktur Program SFP Indonesia Dessy Anggraeni mengatakan di Bogor, Rabu (31/5/2023) bahwa sebagian besar produk perikanan tangkap di Indonesia dikonsumsi oleh pasar domestik.

Baca juga: 4 Penyebab Ikan Cupang Kehilangan Warna

"Hampir 90 persen hasil tangkapan kakap kerapu dikonsumsi lokal. Sehingga sangat penting sekali bagi rantai pasok di Indonesia untuk terlibat dalam usaha menuju perikanan yang berkelanjutan," kata Dessy, sebagaimana dilansir Antara.

Permasalahan lainnya yakni tingkat penangkapan yang berlebihan dan kecenderungan pasar untuk menyukai ikan berukuran kecil alias plate sized atau ukuran piring.

Dalam kaitan itu, kata dia, SFP telah menyusun kriteria produk perikanan kakap kerapu yang berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk didiskusikan dengan pelaku pasar domestik, antara lain ritel, restoran, dan hotel.

Kriteria ini mencakup kepatuhan terhadap aturan yang berlaku, ketertelusuran, tanggung jawab sosial dan dukungan terhadap pengelolaan kolaboratif.

Dalam kaitan itu, pada Selasa (30/5/2023) 2023, SFP menjelaskan pentingnya sumber pasokan perikanan yang berkelanjutan sekaligus memperkenalkan kriteria keberlanjutan untuk perikanan kakap kerapu di Provinsi Bali.

Baca juga: KKP Segel 11,3 Ton Ikan Beku Impor di Palembang

Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama SFP dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Bali.

Kerja sama tersebut memberikan pendampingan dan dukungan kepada pasar domestik untuk meningkatkan komitmen dan dukungan terhadap produk perikanan dari sumber-sumber perikanan yang berkelanjutan.

Dessy menuturkan, hal ini sejalan dengan program prioritas KKP yaitu blue economy policy, dimana KKP berupaya untuk mewujudkan keseimbangan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial untuk kemaslahatan bersama.

Perikanan kakap kerapu di Indonesia didominasi oleh perikanan skala kecil dan memasok kebutuhan pasar domestik dan ekspor, sehingga merupakan sumber pendapatan penting bagi
masyarakat nelayan dan para pihak yang terlibat dalam rantai pasoknya.

Pihaknya bersama Bali Sustainable Seafood (BSS) mengajak para pelaku bisnis perikanan, terutama kakap kerapu, untuk mendukung praktik perikanan yang bertanggung jawab dengan menerapkan kriteria keberlanjutan.

Baca juga: Tiga Gudang Penampung 11,3 Ton Ikan Beku Impor di Palembang Disegel

Pendiri dan Direktur BSS Hema Sitorus menjelaskan, sebagai pemasok kakap kerapu yang sudah menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan pihaknya tidak hanya menjaga kualitas hasil laut, namun juga memerhatikan kelestarian sumber dayanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya hanya menyediakan kakap kerapu dewasa untuk mempertahankan keberadaan spesies ini bagi generasi mendatang dan BSS membutuhkan dukungan dari pasar untuk mewujudkannya.

Sementara itu Pari Baumann dari Bali Direct Store menyebutkan bahwa pihaknya mendukung produk lokal yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, termasuk produk makanan laut.

"Kami termotivasi untuk menyediakan pasar bagi nelayan skala kecil dan menyediakan produk seafood berkelanjutan yang berkualitas tinggi kepada konsumen," katanya.

Baca juga: KKP Tertibkan 9 Kapal Ikan yang Melanggar Ketentuan Operasional

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau