KOMPAS.com – Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda Priaadi mengungkapkan, Kementerian ESDM sudah memiliki peta jalan atau roadmap untuk mencapai target emisi nol karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060.
Yudo menuturkan, peta jalan tersebut perlu disusun detailnya dan perlu disiapkan rencana tahunannya.
“Dan garis besarnya yang paling penting salah satunya adalah dengan mengurangi emisi batu bara,” jelas Yudo dalam acara bertajuk Ekosistem Menuju Energi Bersih di Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Senin (5/6/2023).
Baca juga: Bersepeda Laiknya Orang Belanda Turunkan Emisi Karbon 700 Juta Ton
Selain mengurangi emisi batu bara, tahapan penting lainnya adalah memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT).
Pasalnya, Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah ruah seperti energi surya, energi hidro, panas bumi, dan lain-lain.
Selain itu, sambung Yudi, yang tak kalah penting adalah mengurangi pemakaian energi yang digunakan saat ini.
Salah satu upaya mengurangi konsumsi energi adalah dengan melakukan efisiensi energi.
Baca juga: Pembatalan PLTU Batu Bara Efektif Pangkas Emisi, Ini Alasannya
“Sehingga kita bisa lebih hemat energi, seperti dengan mematikan AC dan lampu ketika meninggalkan ruangan. Perubahan perilaku ini itu hal yang penting dalam melakukan transisi energi menuju NZE,” ucap Yudo.
Yudo menuturkan, transisi energi dalam pemahaman global harus mempertimbangkan dua hal utama yaitu menjaga ketahanan energi negara dan keterjangkauan harga.
Ketahanan energi tidak boleh terganggu akibat pergeseran dari energi fosil menjadi energi hijau.
Yudo menambahkan, pemerintah sedang membuat regulasi untuk pemanfaatan energi bersih, dan diharapkan pada tahun ini bisa selesai, yakni Undang-Undang Energi Baru Energi Terbarukan (UU EBET).
Baca juga: Akselerasi Nol Emisi, Mandiri dan Volta Bersinergi lewat Motor Listrik
UU tersebut diharapkan akan menjadi landasan utama untuk Indonesia bisa melakukan transisi energi lebih cepat.
Selain itu, kebijakan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) yang sudah ada akan direvisi untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang ada, baik teknologi maupun kebijakannya.
“Kita juga melihat beberapa energi baru yang kita perlukan misalnya ialah hidrogen sebagai alternatif bahan bakar di masa depan, kemudian amonia yang belum dimanfaatkan,” ucap Yudo.
“Kita juga mempertimbangkan yang masih kita kaji sekarang untuk memanfaatkan nuklir, tapi nanti kita lihat itu karena sangat khusus penanganannya,” imbuhnya.
Baca juga: MUFG Jakarta Kejar Emisi Nol Bersih dengan Motor Listrik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya