KOMPAS.com – Lembaga think tank energi Institute for Essential Services Reform (IESR) meluncurkan platform pembelajaran isu transisi energi dan perubahan iklim melalui Akademi Transisi Energi melalui website akademi.transisienergi.id.
Website tersebut diluncurkan pada Jumat (23/6/2023) dengan mengambil frasa transisi energi yang semakin populer dan kerap digunakan dalam ruang publik.
IESR memandang transisi energi sebagai proses peralihan penggunaan energi dari berbasis fosil menjadi sumber energi berbasis rendah karbon dan terbarukan adalah suatu proses yang tak terelakkan.
Baca juga: Pembiayaan Campuran Didukung Guna Percepat Transisi Energi Indonesia
Transisi energi telah menjadi upaya global untuk menurunkan emisi karbon yang dihasilkan bahan bakar fosil, sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com.
Menurut laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), emisi yang dihasilkan bahan bakar fosil menjadi salah satu penyebab utama naiknya rata-rata suhu global mencapai 1,1 derajat Celsius pada 2011-2020 dibandingkan pada 1850-1900, menurut laporan IPCC.
Meski transisi energi semakin populer, frasa tersebut kurang dibarengi dengan ketersediaan literatur, informasi, maupun wadah pembelajaran bagi masyarakat.
Padahal, ketersediaan akses pengetahuan dan informasi yang luas terkait transisi energi maupun krisis iklim dapat menghasilkan banyak hal.
Baca juga: Transisi Energi di ASEAN Perlu Dikebut, Ini Strateginya
Adanya akses pengetahuan dan informasi terkait transisi energi juga menjadi kekuatan bagi masyarakat untuk melakukan aksi-aksi yang mendorong lebih banyak kebijakan yang mempercepat pelaksanaan transisi energi serta mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Berdasarkan survei internal IESR, kesulitan untuk menggali informasi tersebut khususnya dirasakan beberapa kalangan seperti wartawan dan akademisi yang secara reguler harus membuat tulisan mengenai perkembangan transisi energi dan isu-isu ikutannya.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyatakan, Akademi Transisi Energi dapat menjadi sarana masyarakat berpartisipasi dalam transisi energi dengan menambah wawasan dan kapasitas.
“Salah satu alasan kami mengembangkan akademi transisi energi karena kami menginginkan no one left behind (tidak ada yang tertinggal) dalam proses ini (transisi energi),” kata Fabby.
Baca juga: Indonesia Punya Kesempatan Pimpin ASEAN Lakukan Transisi Energi
“Bahwa masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke bisa mendapatkan kesempatan untuk membangun, mengisi, dan berpartisipasi aktif dalam proses transisi yang terjadi,” sambungnya.
Koordinator Clean Energy Hub IESR Irwan Sarifudin mengatakan, Akademi Transisi Energi berisi pembelajaran yang dapat diakses dengan mudah.
Akademi Transisi Energi juga berusaha menjadi jawaban bagi keterbatasan informasi transisi energi dengan komposisi yang terdiri dari kelas akademi, forum, dan visualisasi data.
“Pada peluncuran tahap satu, terdapat tiga kelas pertama yang dirilis, yaitu Dasar-Dasar Transisi Energi, Pengenalan Peta Jalan Transisi Energi di Indonesia, dan Pelatihan PLTS Atap,” ucap Irwan.
Baca juga: Norwegia Akan Guyur Rp 3,7 Triliun untuk Transisi Energi Indonesia
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya