Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Honeywell Hadirkan Teknologi Penangkapan Karbon Dioksida Teruji untuk Industri di Indonesia

Kompas.com, 25 Juli 2023, 17:29 WIB
Y A Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perusahaan multinasional asal Amerika Serikat (AS), Honeywell International Inc, menghadirkan teknologi penangkapan karbon atau carbon capture, utilization and storage (CCUS) guna mendukung operasional industri beremisi tinggi di Tanah Air.

Untuk diketahui, CCUS merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global yang bekerja dengan cara mengurangi emisi karbondioksida (CO2) ke atmosfer.

Adapun Indonesia tercatat sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang peraturan untuk mendorong penangkapan, penyimpanan, serta pemanfaatan karbon dioksida pada kegiatan usaha. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 2 Tahun 2023.

Teknologi serta solusi CCUS yang dihadirkan Honeywell, termasuk manajemen emisi dari hulu hingga hilir bagi industri-industri beremisi tinggi, seperti minyak dan gas, energi, baja, semen, kilang, bahan kimia, dan petrokimia.

Dengan teknologi tersebut, pelaku industri dapat mendeteksi, mengukur, memantau, serta memitigasi lebih dari 20 gas rumah kaca.

Baca juga: Komitmen Turunkan Emisi CO2, Pertamina Gandeng Perusahaan Jepang dan ITB Studi CCUS di Lapangan Gundih

Saat ini, perusahaan-perusahaan mancanegara yang menggunakan teknologi CCUS Honeywell sanggup menangkap 40 juta ton CO2 per tahun, atau setara dengan emisi lebih dari 8,6 juta mobil.

Presiden Honeywell Asia Tenggara dan Chief Commercial Officer High Growth Regions Steven Lien mengatakan, teknologi Honeywell dapat menangkap emisi karbon dioksida, mulai dari proses industri hingga menyimpannya di bawah tanah.

“Emisi karbon dioksida tersebut dapat digunakan untuk beragam aplikasi, seperti pengambilan minyak bumi atau menjadi bahan baku untuk produksi bahan bakar sintetis berkelanjutan,” ujar Steven dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (25/7/2023).

Steven menambahkan, penangkapan karbon sebelum atau sesudah proses pembakaran industri dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca.

“Dengan begitu, teknologi CCUS dapat mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon,” kata Steven.

Baca juga: Dukung Target NZE 2060, PGN Saka Terapkan Dekarbonisasi dalam Operasional Lifting Migas

Deretan teknologi CCUS

Steven memaparkan sejumlah teknologi dan solusi CCUS dari Honeywell. Pertama, pelarut kimia, seperti AmineGuard Process, AmineGuard FS Process, dan Benfield ACT-1.

Teknologi tersebut menggunakan beragam pelarut monoethanolamine yang mampu menangkap CO2.

Kedua, pelarut Selexol Process. Teknologi ini menangkap CO2 dengan menggunakan material penyerap (adsorbent),” terang Steven

Ketiga, imbuh Steven, proses Kriogenik dan penggunaan membrane, seperti sistem Separex dan Fraksinasi CO2 Ortloff.

“Teknologi Kriogenik menangkap CO2 dengan mendinginkan dan mengeringkan gas buangan di corong industri, sedangkan teknologi membran menangkap CO2 dengan cara pelarutan dan pembauran melalui filter pemisah yang solid,” paparnya.

Baca juga: Kontribusi Capai NZE, Start-up Agritech Spiralife Optimalkan Potensi Mikroalga untuk Produk Kesehatan

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
BUMN
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
LSM/Figur
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Pemerintah
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
LSM/Figur
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
LSM/Figur
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Swasta
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
LSM/Figur
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
LSM/Figur
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Pemerintah
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Pemerintah
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
LSM/Figur
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
Pemerintah
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau