KOMPAS.com - Berbagai peristiwa cuaca ekstrem mulai dari kekeringan hingga banjir bandang akibat perubahan iklim sedang meningkat di Asia.
Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) menyebutkan, berbagai cuaca ekstrem tersebut sudah pasti akan memengaruhi ketahanan pangan dan ekosistem di Asia.
WMO menyampaikan hal tersebut dalam sebuah laporan yang dirilis pada Kamis (27/7/2023), sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: ESG Mendorong Terciptanya Iklim Investasi yang Baik
WMO mengatakan, Asia adalah wilayah yang paling banyak terkena dampak bencana di dunia akibat perubahan iklim.
Tercatat, ada 81 bencana yang berhubungan dengan cuaca, iklim, dan air yang dilaporkan tahun lalu.
Sebagian besar dari bencana tersebut adalah banjir dan badai.
WMO menyampaikan, bencana ini secara langsung memengaruhi lebih dari 50 juta orang dan menyebabkan lebih dari 5.000 kematian.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Gelombang Panas Jadi Lebih Ganas
Contoh bencana yang mematikan adalah banjir bandang akibat hujan lebat dan pencairan gletser di Pakistan yang menewaskan lebih dari 1.500 orang.
Contoh lainnya adalah di China mengalami kekeringan yang berdampak pada pasokan listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan ketersediaan air.
Laporan WMO juga menyoroti bahwa sebagian besar gletser di wilayah pegunungan tinggi di Asia telah kehilangan massa yang signifikan akibat kondisi hangat dan kering pada 2022.
"Ini akan memiliki implikasi besar bagi ketahanan pangan dan air serta ekosistem di masa depan," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
Baca juga: “Gerbang Dunia Lain” Makin Menganga, Perubahan Iklim Bakal Makin Buruk
Pekan pertama Juli memecahkan rekor sebagai pekan terpanas sejak pencatatan suhu dilakukan oleh ilmuwan.
Bahkan, selama tiga hari pada awal Juli 2023, Bumi mengalami hari terpanas sepanjang sejarah sejak pencatatan dilakukan.
Untuk diketahui, Bumi sebelumnya mencatatakan rekor terpanasnya pada Agustus 2016. Kala itu, suhu rata-rata di seluruh dunia adalah 16,92 derajat celsius.
Akan tetapi pada Senin 3 Juli 2023, rekor hari terpanas terpecahkan di mana suhu rata-rata Bumi mencapai 17,01 derajat celcius.
Baca juga: Ilmuwan Iklim Peringatkan Ambang Batas 1,5 Derajat Celsius Akan Terlampaui
Rekor hari terpanas kembali terpecahkan pada Selasa 4 Juli 2023 dengan suhu rata-rata Bumi mencapai 17,18 derajat celcius.
Dan pada Kamis 6 Juli 2023, rekor hari terpanas sepanjang sejarah kembali pecah setelah suhu rata-rata Bumi tercatat 17,23 derajat celsius.
Kepala Iklim Internasional WMO Christopher Hewitt mengatakan, situasi ini mengkhawatirkan karena El Nino bakal semakin memicu kenaikan suhu baik di darat maupun di lautan hingga akhir tahun ini.
"Ini adalah kabar yang mengkhawatirkan bagi planet ini," kata Hewitt, sebagaimana dilansir VOA, 11 Juli.
Baca juga: Krisis Iklim Makin Kencang, Jutaan Orang di 3 Benua Dicengkeram Panas Ganas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya