Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Iklim Peringatkan Ambang Batas 1,5 Derajat Celsius Akan Terlampaui

Kompas.com - 21/07/2023, 21:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Seorang ilmuwan iklim kenamaan asal Inggris, Sir Bob Watson, meyakini bahwa suhu Bumi akan melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius yang disepakati dunia internasional.

Watson, yang merupakan mantan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 1997 hingga 2002, mengatakan kepada BBC bahwa dia pesimistis terhadap situasi saat ini dan ambang batas tersebut akan terlampaui.

Peringatannya tersebut muncul saat sejumlah wilayah dicengkeram gelombang panas ekstrem dan panas yang ganas, seperti di Eropa, China, dan AS.

Baca juga: Alarm Krisis Iklim, Suhu China Tembus 52 Derajat, AS Dilanda Gelombang Panas Ekstrem

Melalui Perjanjian Paris pada 2015, negara-negara yang meratifikasinya secara sepakat agar suhu Bumi tidak naik 1,5 derajat celsius dibandingkat masa sebelum Revolusi Industri.

Bila suhu naik di atas 1,5 derajat celsius, krisis iklim akan semakin parah dan menimbulkan banyak bencana di seluruh dunia.

Salah satu upaya penting dalam menahan kenaikan suhu agar tidak melampaui 1,5 derajat celsius adalah memangkas emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak dan secepat mungkin.

Akan tetapi, selama bertahun-tahun pemerintah di seluruh dunia dinilai gagal untuk mengekang lepasnya jutaan ton emisi GRK ke atmosfer. Dan para ilmuwan iklim telah berulangkali mengeluarkan peringatan.

Baca juga: Tips Tetap Dingin di Tengah Suhu Panas, Nomor 8 Tarik Nafas Singa

Lampaui ambang batas

Watson yang kini menjadi Profesor Emeritus di Tyndall Centre for Climate Research Inggris meyakini bahwa ambang batas tersebut akan terlampaui, sebagaimana dilansir BBC, Kamis (20/7/2023).

Dia bahkan meyakini jika suhu Bumi bisa saja memanas lebih dari 2 derajat celsius.

“Jika kita membiarkan target menjadi lebih longgar dan lebih longgar, lebih tinggi dan lebih tinggi, pemerintah akan melakukan lebih sedikit lagi di masa depan,” ucap Watson.

Senada dengan Watson, Ketua Grantham Research Institute on Climate Change and the Environment Lord Stern juga meyakini bahwa ambang batas 1,5 derajat celsius akan terlampaui.

“Saya pikir 1,5 (derajat celsius) mungkin di luar jangkauan bahkan jika kita berakselerasi dengan cepat sekarang, tetapi kita dapat mengembalikannya jika kita mulai menurunkan biaya emisi negatif dan menjadi lebih baik dalam emisi negatif. Emisi negatif berarti tangkapan udara langsung dari karbon dioksida,” tutur Stern kepada BBC.

Sementara itu, menurut prediksi dari Climate Action Tracker, suhu Bumi akan naik 2,7 derajat celsius jika pemerintah di seluruh dunia tidak bergerak lebih ambisisus dibandingkan kebijakan-kebijakan saat ini.

Baca juga: Dunia Sudah Rasakan Kenaikan Suhu 1,5 Derajat Celsius Awal Juni Ini

Tidak cukup cepat

Watson mengatakan, dunia kewalahan mencegah kenaikan suhu Bumi karena manusia tidak bisa mengurangi emisi GRK dengan cukup cepat.

“Masalah besarnya adalah kita perlu mengurangi gas rumah kaca sekarang bahkan berada di jalur yang mendekati 1,5 derajat celsius atau 2 derajat celsius. Kita perlu mengurangi emisi saat ini setidaknya 50 persen pada 2030. Masalahnya adalah, emisi justru masih akan naik,” ucap Watson.

Watson menyampaikan, menetapkan target saja tidak cukup dan negara-negara di seluruh dunia perlu mendukungnya dengan aksi yang lebih ambisius.

“Kita perlu mencoba dan meminta pemerintah untuk mulai bertindak bijaksana sekarang dan mengurangi emisi,” ucap Watson.

“Tetapi bahkan pemerintah dengan target yang sangat bagus seperti Inggris tidak memiliki kebijakan, tidak memiliki pembiayaan untuk mencapai tujuan tersebut,” imbuhnya.

Baca juga: Suhu Bumi Diprediksi Lampai Batas Kritis dalam 5 Tahun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau