Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Jadi Kelompok Paling Parah Terdampak Gelombang Panas

Kompas.com - 01/08/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Karena fenomena tersebut, perempuan dari komunitas termiskin dan terpinggirkan akan mengalami pukulan terbesar terhadap produktivitas mereka, menurut laporan tersebut.

Produktivitas yang menurun menimbulkan kerugian yang besar. Potensi kerigannya mencapai 120 miliar dollar AS setiap tahunnya di India, Nigeria, dan AS.

Sekitar 1,2 miliar penduduk miskin pedesaan dan perkotaan secara global diperkirakan akan hidup tanpa solusi pendinginan pada 2030.

Baca juga: Keterwakilan Perempuan di Parlemen Masih Sedikit, Sinergi dan Kolaborasi Diperlukan

Dari jumlah tersebut, sebanyak 323 juta di antaranya berasal dari India, menurut laporan Sustainable Energy for All (SEforALL), organisasi yang didukung oleh PBB yang menangani akses energi.

Wanita menghabiskan waktu hampir dua kali lebih banyak daripada pria untuk bekerja di rumah.

Para wanita merawat anak-anak atau kerabat yang lebih tuas serta mengurus rumah. Dan mereka yang tidak mampu membeli pendingin udara seperti AC akan mengalami penurunan produktivitas yang lebih besar.

Di Nigeria, di mana panas memperparah penyakit tropis dari malaria hingga demam kuning, para ibu memikul beban ganda untuk merawat diri mereka sendiri dan merawat anggota keluarga yang sakit tanpa dibayar.

Baca juga: Perempuan Adalah Aktivis Perdamaian dan Negosiator Ulung

Di satu sisi, Nigeria kerap kali mengalami pemadaman listrik. Berkaca pada situasi yang ada, para dokter sana mendesak agar rumah sakit memiliki ventilasi yang lebih baik supaya sirkulasi udara menjadi lebih baik dan tidak bergantung dengan AC.

Para dokter juga meminta para wanita hamil harus istirahat setidaknya tiga jam jika bekerja di luar ruangan.

“Wanita hamil berisiko lebih besar mengalami kematian terkait panas karena peningkatan suhu memengaruhi pertumbuhan janin dan mempersulit kesehatan ibu hamil secara keseluruhan,” kata Samuel Adebayo, seorang dokter spesialis ginekologi di Lagos, Nigeria.

Baca juga: Waspada, Perempuan Anemia Berisiko Tinggi Lahirkan Bayi Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com