KOMPAS.com – Kunci untuk mencapai desa atau kelurahan bebas stunting adalah dengan mencegah kelahiran bayi stunting baru.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam seri keempat webinar "Praktik Baik Desa atau Kelurahan Bebas Stunting (De’Best) di 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK)", Senin (24/07/2023).
Hasto menyampaikan, salah satu upaya mencegah kelahiran bayi stunting baru adalah jarak kelahiran yang harus dijaga dan kesuksesan menyusui.
Baca juga: Kenali 3 Penyebab Utama Stunting, dari Kurang Nutrisi hingga Pola Pengasuhan
“Kuncinya, kami mengajak untuk tidak menghadirkan stunting baru. Salah satu yang ditekankan adalah jarak melahirkan harus betul-betul diatur, menyusui harus sukses. Kita tahu bahwa spacing atau jarak kehamilan itu sangat berkorelasi dengan stunting,” tutur Hasto dalam keterangan tertulis.
De’Best di 1000 HPK merupakan pemaparan praktik baik desa atau kelurahan bebas stunting dalam mencegah dan menurunkan angka stunting.
Seri keempat webinar Praktik Baik De’Best di 1000 HPK dihadiri empat perwakilan desa dari empat kabupaten yang berbeda.
Keempatnya yaitu Desa Jelarai Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara; Desa Mentuda, Kabupaten Lingga, Riau; Desa Maibo, Kabupaten Sorong, Papua Barat; dan Desa Purwajaya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Baca juga: 15.000 Telur Program Lestari untuk Anak Stunting di Penjuru Negeri
Keempat perwakilan tersebut menyampaikan inovasi di wilayah masing-masing tentang praktik baik penanganan stunting.
Perwakilan Desa Mentuda menuturkan, angka stunting di desanya pada 2022 sebesar 9,35 persen, turun menjadi 7,39 persen pada 2023.
Gerakan inovasi yang dilakukan Desa Mentuda contohnya adalah program Bersembang Sehat yang meliputi kegiatan kunjungan petugas posyandu ke rumah dan pemberian tablet tambah darah serta vitamin.
Selain itu ada kegiatan Demo Masak Gerakan Anti Stunting (Desa Gasing) untuk pemenuhan gizi ibu hamil, dan Lambung Pangan Masyarakat (Lampam).
Baca juga: Provinsi Kalsel Tertinggi Ketiga Nasional dalam Turunkan Stunting
Sementara itu, di Desa Maibo, pada 2023 angka stunting di sana menurun sebesar 11,1 persen berdasarkan data EPPBGM Mei 2023.
Praktik baik yang dilakukan oleh Maibo ini meliputi update data cegah balita stunting, pemberian makanan bergizi berimbang pada balita stunting, budidaya lele dan peternakan sapi, serta pemberian tablet tambah darah.
Sedangkan di Desa Purwajaya, prevalensi stunting di sana pada 2022 sebesar 7,02 persen. Pada 2023, prevalensi stunting di sana turun menjadi 2,43 persen.
Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Sarpras Air Bersih dan Sanitasi Berbiaya Rp 1,047 Triliun Digenjot
Inovasi yang dilakukan Desa Purwajaya yakni perencanaan dan penganggaran kegiatan, pelaksanaan kegiatan stimulasi, serta deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.
Selain itu ada pelaksanaan bulan imunisasi anak dan kelas inspirasi yang melibatkan sejumlah pihak.
Program di Desa Purwajaya juga membagikan bahan pokok kepada keluarga berisiko stunting dan tidak berisiko stunting, inovasi dalam perbaikan ekonomi dan lingkungan, serta bergotong-royong membuat kolam terpal dan kandang ayam bagi keluarga berisiko stunting.
Baca juga: Data Penurunan Stunting Akan Dicek dan Dikontrol Rutin
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya