Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Jadi Kelompok Paling Terdampak Perubahan Iklim di Indonesia

Kompas.com - 03/08/2023, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Perempuan di Indonesia menjadi kelompok yang menerima dampak yang paling berat akibat perubahan iklim.

Pernyataan tersebut disampaikan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Lenny N Rosalin dalam acara "Dialog Nasional tentang Gender dan Perubahan Iklim", Senin (31/7/2023).

Perubahan iklim menimbulkan tantangan khusus yang harus dihadapi oleh perempuan di Indonesia sebagai negara kepulauan, terutama mereka yang tinggal di daerah rawan bencana.

Baca juga: Gender dan Perubahan Iklim Jadi Topik dalam Dialog Nasional yang Digelar KPPPA dan KLHK

Contoh dampak berat akibat perubahan iklim seperti ketidakamanan pangan, kesehatan, sanitasi, akses air bersih, migrasi dan konflik, peran sosial dan ekonomi, hingga kerentanan terhadap kekerasan berbasis gender.

“Berbagai dampak tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan perempuan, terutama perempuan penyintas kekerasan, perempuan kepala keluarga, dan perempuan prasejahtera yang kondisinya dapat diperburuk dengan adanya tantangan perubahan iklim,” tutur Lenny dalam keterangan tertulis.

Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, penting untuk mengakui peran kunci perempuan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Hal itu termasuk mengintegrasikan dan mempertimbangkan peran perempuan serta kelompok rentan lainnya dalam kebijakan dan program nasional, maupun daerah.

Baca juga: Jadi Tuan Rumah Temu Pejabat Lingkungan ASEAN, Indonesia Ajak Atasi Perubahan Iklim

Lenny menuturkan, beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah perempuan sebagai pengelola sumber daya alam, akses perempuan terhadap pendidikan, kesehatan, dan pelatihan.

“Serta promosi kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan di tingkat masyarakat, regional, nasional, bahkan internasional,” ungkap Lenny.

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Rusly mengatakan, partisipasi dan keterlibatan laki-laki serta perempuan untuk mengatasi dampak perubahan iklim penting untuk dilakukan.

Terutama dalam mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi salah satu penyumbang terbesar perubahan iklim di Indonesia.

Baca juga: Pertanian Paling Terdampak Perubahan Iklim, Produksi Bisa Merosot

Agus mengakui, Indonesia adalah negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dan sekaligus salah satu negara dengan tingkat emisi GRK yang tinggi.

Berkaca pada hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK melalui penyampaian dokumen First Nationally Determined Contributions (FNDC) pada 2016 silam.

Dokumen tersebut diperbarui melalui penyampaian dokumen Updated Nationally Determined Contributions (UNDC) bersamaan dengan dokumen Long-Term Strategy Low Carbon and Climate Resilience 2050 pada Juli 2021.

Baca juga: Apa Saja Tanda-tanda Terjadinya Perubahan Iklim?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau