Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 3 Agustus 2023, 10:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Styrofoam digunakan untuk segala hal mulai dari wadah makanan takeaway hingga pengemasan. Anda akan menemukannya di mana-mana.

Tak seperti sesering kita menggunakannya, masih sedikit informasi apakah styrofoam dapat didaur ulang atau tidak.

Styrofoam sendiri sangat serbaguna, ringan, menjadikannya alas yang ideal untuk mengangkut barang-barang rapuh seperti elektronik dan peralatan rumah tangga lainnya.

Pada saat yang sama, ia menawarkan insulasi, itulah sebabnya Anda akan sering melihatnya digunakan untuk membuat kopi atau bahkan melapisi dinding rumah.

Namun, styrofoam juga dikenal berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Ini menimbulkan pertanyaan: Jika styrofoam berbahaya, mengapa kita masih menggunakannya?

Baca juga: Raih Dana Hibah Transform, Alner Kurangi 1.300 Kilogram Sampah Plastik

Lebih penting lagi, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan penggunaan styrofoam? Ini semua yang perlu Anda ketahui.

Styrofoam sebenarnya adalah nama jenama dagang. Produk itu sendiri merupakan polystyrene, yaitu plastik berbahan dasar minyak bumi yang dapat berupa plastik padat atau busa.

Versi busa juga dikenal sebagai Expanded Polystyrene (EPS), yang kita kenal sebagai styrofoam. Tapi styrofoam telah menjadi identik dengan EPS dengan cara yang sama seperti perban yang disebut sebagai Band-Aids.

EPS terbuat dari manik-manik polistiren. Jika mengamati styrofoam dengan saksama, Anda bisa melihatnya terbuat dari manik-manik sangat kecil yang terlihat menyatu.

Manik-manik ini ringan, kuat, dan memiliki sifat insulasi termal dan peredam kejut. Untuk alasan ini, EPS memiliki banyak kegunaan, menjadikannya serbaguna dan nyaman digunakan.

Baca juga: 10 Negara dengan Pengelolaan Sampah Terbaik

Selain itu, pembuatan styrofoam tidak memakan banyak biaya, dan jika Anda menggabungkannya dengan daya tariknya, ada permintaan yang hampir tak ada habisnya untuk styrofoam sekali pakai.

Namun, meskipun serbaguna, EPS memiliki dampak lingkungan yang terkait erat dengan jumlah produk styrofoam yang dikirim ke tempat pembuangan sampah.

Menurut Avangard Innovative, setiap tahun ada 15 juta metrik ton EPS yang dihasilkan, namun hanya satu persen saja yang mampu didaur ulang.

Styrofoam bersifat non-biodegradable, artinya tidak akan terurai secara alami.

Saat produk EPS dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA), atau lebih buruk lagi, saat berserakan di jalan, EPS melepaskan polutan kimia dan gas rumah kaca. Keduanya berkontribusi terhadap pemanasan global.

Sayangnya, styrofoam tidak dapat didaur ulang seperti yang kita inginkan. Mendaur ulang styrofoam tidak semudah sampah jenis lain, seperti plastik.

Baca juga: 7 Cara Kreatif Mendaur Ulang Sampah di Rumah

Untuk satu hal, styrofoam sulit dikembalikan ke bentuknya yang paling dasar dan sangat sedikit fasilitas daur ulang yang memiliki peralatan yang diperlukan untuk mendaur ulangnya.

Plus, membuang produk EPS ke tempat sampah daur ulang sebenarnya dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Karena EPS mengandung racun berbahaya, dan jika racun tersebut diurai melalui proses daur ulang, racun tersebut dapat berakhir menjadi produk yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, produk EPS hampir tidak dapat digunakan kembali. Hal ini terutama berlaku untuk wadah makanan dan minuman, yang bisa dibilang merupakan salah satu penggunaan styrofoam terbesar.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau