KOMPAS.com - Styrofoam digunakan untuk segala hal mulai dari wadah makanan takeaway hingga pengemasan. Anda akan menemukannya di mana-mana.
Tak seperti sesering kita menggunakannya, masih sedikit informasi apakah styrofoam dapat didaur ulang atau tidak.
Styrofoam sendiri sangat serbaguna, ringan, menjadikannya alas yang ideal untuk mengangkut barang-barang rapuh seperti elektronik dan peralatan rumah tangga lainnya.
Pada saat yang sama, ia menawarkan insulasi, itulah sebabnya Anda akan sering melihatnya digunakan untuk membuat kopi atau bahkan melapisi dinding rumah.
Namun, styrofoam juga dikenal berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Ini menimbulkan pertanyaan: Jika styrofoam berbahaya, mengapa kita masih menggunakannya?
Baca juga: Raih Dana Hibah Transform, Alner Kurangi 1.300 Kilogram Sampah Plastik
Lebih penting lagi, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan penggunaan styrofoam? Ini semua yang perlu Anda ketahui.
Styrofoam sebenarnya adalah nama jenama dagang. Produk itu sendiri merupakan polystyrene, yaitu plastik berbahan dasar minyak bumi yang dapat berupa plastik padat atau busa.
Versi busa juga dikenal sebagai Expanded Polystyrene (EPS), yang kita kenal sebagai styrofoam. Tapi styrofoam telah menjadi identik dengan EPS dengan cara yang sama seperti perban yang disebut sebagai Band-Aids.
EPS terbuat dari manik-manik polistiren. Jika mengamati styrofoam dengan saksama, Anda bisa melihatnya terbuat dari manik-manik sangat kecil yang terlihat menyatu.
Manik-manik ini ringan, kuat, dan memiliki sifat insulasi termal dan peredam kejut. Untuk alasan ini, EPS memiliki banyak kegunaan, menjadikannya serbaguna dan nyaman digunakan.
Baca juga: 10 Negara dengan Pengelolaan Sampah Terbaik
Selain itu, pembuatan styrofoam tidak memakan banyak biaya, dan jika Anda menggabungkannya dengan daya tariknya, ada permintaan yang hampir tak ada habisnya untuk styrofoam sekali pakai.
Namun, meskipun serbaguna, EPS memiliki dampak lingkungan yang terkait erat dengan jumlah produk styrofoam yang dikirim ke tempat pembuangan sampah.
Menurut Avangard Innovative, setiap tahun ada 15 juta metrik ton EPS yang dihasilkan, namun hanya satu persen saja yang mampu didaur ulang.
Styrofoam bersifat non-biodegradable, artinya tidak akan terurai secara alami.
Saat produk EPS dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA), atau lebih buruk lagi, saat berserakan di jalan, EPS melepaskan polutan kimia dan gas rumah kaca. Keduanya berkontribusi terhadap pemanasan global.
Sayangnya, styrofoam tidak dapat didaur ulang seperti yang kita inginkan. Mendaur ulang styrofoam tidak semudah sampah jenis lain, seperti plastik.
Baca juga: 7 Cara Kreatif Mendaur Ulang Sampah di Rumah
Untuk satu hal, styrofoam sulit dikembalikan ke bentuknya yang paling dasar dan sangat sedikit fasilitas daur ulang yang memiliki peralatan yang diperlukan untuk mendaur ulangnya.
Plus, membuang produk EPS ke tempat sampah daur ulang sebenarnya dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Karena EPS mengandung racun berbahaya, dan jika racun tersebut diurai melalui proses daur ulang, racun tersebut dapat berakhir menjadi produk yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, produk EPS hampir tidak dapat digunakan kembali. Hal ini terutama berlaku untuk wadah makanan dan minuman, yang bisa dibilang merupakan salah satu penggunaan styrofoam terbesar.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya