Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peningkatan Intervensi pada Ibu Menyusui Dapat Cegah Stunting

Kompas.com - 03/08/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Sandra Fikawati menyatakan, peningkatan intervensi spesifik pada ibu menyusui dapat mencegah stunting.

Dia menuturkan, masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak sangatlah penting, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (2/7/2023).

1.000 HPK mencakup periode hamil, bayi lahir, menyusui di usia nol sampai enam bulan, dan usia enam 24 bulan saat bayi diberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

Baca juga: Jangan Cuma Rapat Sana Sini, Birokrasi Harus Turunkan Stunting

“Fokus pemerintah masih kurang pada masa pemberian ASI, selama ini pemberian makanan tambahan masih fokus pada ibu hamil saja,” kata Sandra kepada Antara.

Berdasarkan data yang disampaikan Sandra, hampir 50 persen ibu hamil di Indonesia menderita kekurangan darah merah atau anemia.

Selain itu, sekitar 17 hingga 20 persen menderita kurang energi kronis (KEK) yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, sehingga berpengaruh pada produksi ASI.

“Kalau ibunya kurang gizi, tetapi dia masih harus memberikan ASI eksklusifnya, ini akan berbahaya untuk kesehatan ibu, dan anak bisa stunting,” papar Sandra.

Baca juga: Berbagai Inovasi Desa Bantu Turunkan Angka Stunting

“Sehingga sang ibu pun harus dibantu memberikan makanan, utamanya protein hewani, karena pada saat menyusui asupan nutrisi harus cukup, tidurnya pun harus cukup,” imbuhnya.

Sandra menegaskan, program-program percepatan penurunan stunting yang dilakukan multipihak bisa berdampak positif apabila perhatian pada ibu menyusui terus ditingkatkan.

“Kalau anak stunting di masa itu (menyusui), apakah dia bisa mencerna dengan baik sesudahnya pada saat dia diberikan MPASI? Susah, kan? Inilah yang masih menjadi gap atau kekurangan di pemerintah,” ujar dia.

Menurut Sandra, perlu intervensi pemberian protein hewani lebih banyak kepada ibu menyusui dan mengedukasi pentingnya pemberian susu sapi setelah anak berusia enam bulan.

Baca juga: Kenali 3 Penyebab Utama Stunting, dari Kurang Nutrisi hingga Pola Pengasuhan

“Selama ini aktivis ASI belum banyak memberikan edukasi pada ibu tentang pentingnya pemberian protein dari susu sapi untuk anak di atas enam bulan, padahal, konsumsi susu sapi di Indonesia itu rata-rata hanya 12 liter per kapita per tahun, sedangkan di negara maju sudah 230 liter per kapita per tahun,” ucap Sandra.

Sandra menyampaikan, negara dengan tingkat konsumsi susu yang tinggi mempunyai anak-anak yang lebih pintar dan fisiknya bagus.

“Hidupnya juga lebih baik, karena protein hewani bukan hanya telur, protein hewani itu bisa optimal kalau semua jenis bisa didapatkan, jadi ada telur, ikan, daging, susu, itu kalau semua mudah didapatkan, maka kualitas hidup kita akan meningkat,” tutur Sandra.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase bayi usia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurut provinsi pada 2022 rata-rata masih di bawah 80 persen.

Baca juga: 15.000 Telur Program Lestari untuk Anak Stunting di Penjuru Negeri

Provinsi Jawa Tengah menempati posisi tertinggi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan yakni sebesar 78,71 persen.

Capaian itu disusul Daerah Istimewa Yogyakarta 77,16 persen, Jawa Barat 77 persen, dan Lampung 76,76 persen.

Selain keempat provinsi tersebut, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan masih di bawah 75 persen.

Baca juga: Provinsi Kalsel Tertinggi Ketiga Nasional dalam Turunkan Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Pemerintah
Mengenal 'Net Zero Emission' hingga Strateginya

Mengenal "Net Zero Emission" hingga Strateginya

LSM/Figur
Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

LSM/Figur
Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Pemerintah
Prancis Berencana Jadikan 'Spare Part' PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Prancis Berencana Jadikan "Spare Part" PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Pemerintah
Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Pemerintah
Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

LSM/Figur
KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

Pemerintah
Ini Ikhtiar Pemprov Jakarta Tekan Emisi dari Transportasi

Ini Ikhtiar Pemprov Jakarta Tekan Emisi dari Transportasi

Pemerintah
Keanekaragaman Tanaman Pertanian Bisa Tingkatkan Penyerapan Karbon oleh Tanah

Keanekaragaman Tanaman Pertanian Bisa Tingkatkan Penyerapan Karbon oleh Tanah

Pemerintah
Mahasiswa UGM Olah Cangkang Kerang Jadi Semen, Lebih Ramah Lingkungan

Mahasiswa UGM Olah Cangkang Kerang Jadi Semen, Lebih Ramah Lingkungan

LSM/Figur
RI Perlu Terapkan Ekonomi Restoratif, Seimbangkan Pembangunan dan Lingkungan

RI Perlu Terapkan Ekonomi Restoratif, Seimbangkan Pembangunan dan Lingkungan

LSM/Figur
AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

LSM/Figur
Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Pemerintah
Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau