Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2023, 12:23 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Para pemangku kepentingan global terus mendorong upaya pengurangan emisi karbon yang ditargetkan mencapai net-zero emission pada 2050.

Indonesia sendiri mencanangkan komitmen untuk dapat mencapai target net-zero emission pada 2060 dan menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton karbon dioksida pada 2030.

Komitmen tersebut perlu didukung dengan berbagai upaya, salah satunya dengan mendekarbonisasi bangunan karena sektor ini menyumbang 37 persen emisi karbon global.

Baca juga: Dukung Energi Bersih, Schneider Electric Hadirkan Solusi Data Center Hibrida dan Edge

Saat ini, proyek bangunan baru mulai dirancang dan dibangun dengan konsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi yang dapat menciptakan bangunan zero carbon.

Namun, hal yang juga harus menjadi fokus perhatian bersama adalah bagaimana mentransformasi bangunan lama agar lebih efisien dan rendah karbon.

Mengingat, sekitar 50 persen bangunan yang ada saat ini masih akan digunakan hingga 2050. Tahun di mana sebagian besar perusahaan dan organisasi menargetkan untuk mencapai net-zero carbon.

Salah satu perusahaan yang fokus pada transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric, pun merekomendasikan pengelola gedung untuk mewujudkan net carbon dengan berbagai cara.

Baca juga: Schneider Electric Bikin Panduan Dasar untuk Bantu Perusahaan Lakukan Dekarbonisasi

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, Schneider Electric secara global telah membantu ribuan perusahaan dalam perjalanan mereka melakukan dekarbonisasi operasional bangunan, mulai dari hotel, ritel, rumah sakit, hingga perkantoran.

“Selama puluhan tahun pengalaman di bidang pengelolaan energi, sustainability, dan teknologi, kami merangkum tiga tahapan penting yang menjadi pondasi dalam mewujudkan bangunan zero carbon, yaitu strategize, digitize, dan decarbonize,” kata Roberto dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (4/8/2023).

Ketiga tahapan tersebut, lanjut Roberto, menjadi satu rangkaian tak terpisahkan untuk menghasilkan dampak maksimal.

1. Strategize (buat strategi)

Strategi menjadi pondasi dasar dalam menciptakan roadmap menuju target emisi nol bersih. Terdapat beberapa langkah untuk memastikan kesuksesan pada tahap ini.

Pertama, perusahaan perlu melakukan pengukuran baseline data emisi karbon di seluruh portofolio bangunan untuk mendapatkan analisis akurat terkait awal perjalanan dekarbonisasi.

Kedua, perusahaan harus mempelajari semua opsi solusi dekarbonisasi dan skema pembiayaan yang ada, serta memodelkan dampaknya terhadap pertumbuhan bisnis dan proyeksi pencapaian dekarbonisasi.

Baca juga: Industri Mamin Nasional Terbukti Tangguh, tapi Perlu Meningkatkan Upaya Transformasi Digital

Ketiga, membuat target dan key performance indicator (KPI) terukur dengan detail jadwal implementasi yang diselaraskan dengan science based targets (SBTi).

Keempat, mengidentifikasi dan melibatkan pemangku kepentingan yang tepat dalam perencanaan strategis dan pengimplementasiannya.

Kelima, berkomunikasi dan melibatkan seluruh ekosistem rantai nilai untuk mengambil aksi yang sama, mengingat sering kali kontribusi emisi karbon perusahaan dihasilkan secara tidak langsung.

2. Digitize (digitalisasi)

Digitalisasi merupakan langkah penting berikutnya. Perusahaan memerlukan visibilitas yang berkelanjutan atas konsumsi energi dan emisi karbon untuk memperkirakan, serta memvalidasi dampak dari upaya pengurangan karbonnya.

Langkah ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi anomali kinerja dan memastikan perusahaan berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan dekarbonisasi.

Teknologi digital EcoStruxure Resource Advisor, misalnya, dapat membantu manajemen bangunan mengelola kompleksitas integrasi data dari berbagai sumber.

Baca juga: Kurangi Konsumsi Listrik, Perusahaan Wajib Bangun Infrastruktur Green Data Center

Teknologi ini juga memberikan analisis dan rekomendasi yang dibutuhkan untuk pembuatan keputusan, serta membuat sistem pelaporan terpusat untuk pengukuran data emisi secara otomatis dan real-time dari ribuan lokasi.

Sistem pengukur power logic dengan pemantauan jarak jauh melalui EcoStruxure Power Monitoring Expert juga memungkinkan manajemen bangunan mengetahui posisi yang harus diberikan tindakan, mengidentifikasi masalah kualitas daya, dan menganalisis konsumsi energi berdasarkan jenis beban untuk fasilitas yang kritis dan intensif terhadap energi.

3. Decarbonize (dekarbonisasi)

Dua tahapan pertama digunakan untuk mempelajari dan mendapatkan wawasan yang dibutuhkan. Sedangkan, tahapan ketiga ini merupakan tindakan nyata yang diambil untuk mengurangi emisi, mendorong efisiensi dan ketahanan sumber daya, dan meningkatkan keuntungan bisnis.

Terdapat empat langkah yang bisa dilakukan manajemen gedung. Pertama, mengadopsi teknologi sistem manajemen gedung.

Kedua, peningkatan efisiensi di tingkat ruangan dengan penggunaan sensor dan perangkat berbasis internet of things (IoT). Tujuannya adalah untuk memaksimalkan penghematan energi dan karbon, serta memastikan kenyamanan penghuni bangunan.

Ketiga, modernisasi infrastruktur bangunan, seperti peralatan distribusi listrik yang sudah usang dan mengoptimalkan desain kelistrikan berbasis software. Keempat, melakukan transisi ke sumber daya terbarukan.

Gedung pencakar langit dengan arsitektur dan desain tertentu dapat membantu dekarbonisasi untuk mewujudkan zero carbon.DOK. FREEPIK/LIFEFORSTOCK Gedung pencakar langit dengan arsitektur dan desain tertentu dapat membantu dekarbonisasi untuk mewujudkan zero carbon.

Sistem cerdas manajemen gedung

Solusi sistem manajemen gedung yang terbuka dan cerdas, seperti EcoStruxure Building Operation bisa menjadi pilihan pengelola gedung untuk mewujudkan ketiga tahap di atas.

Sistem manajemen gedung tersebut menyediakan integrasi, visibilitas, dan data yang terintegrasi untuk pengelolaan heating, ventilation, and air-conditioning (HVAC), daya, pencahayaan, keamanan, keselamatan kebakaran, jaringan mikro, stasiun pengisian daya kendaraan listrik, dan sumber energi terbarukan.

Selain itu, ada juga teknologi EcoStruxure Building Advisor yang dapat membantu mengoptimalkan kinerja peralatan melalui pemeliharaan prediktif untuk membantu mencegah penurunan kinerja.

Baca juga: Integrasi Manajemen Energi dan Digital untuk Wujudkan Bangunan Menjadi Smart Building

Sistem itu juga mampu mengidentifikasi kesalahan dan secara proaktif memberikan wawasan penting tentang efisiensi sistem, serta mendeteksi masalah kritikal sebelum terjadi kegagalan.

“Berpegang pada nilai-nilai impact company, kami terus berupaya untuk menjadi mitra digital yang dapat diandalkan dan berdampak positif,” ujar Roberto.

Perusahaan asal Prancis tersebut juga menyediakan layanan konsultasi bagi korporasi dan organisasi seputar program sustainability dalam pengelolaan energi, automasi, dan aksi iklim melalui Schneider Electric Sustainability Business.

Schneider Electric juga mengajak sebanyak-banyaknya pemangku kepentingan, baik swasta maupun publik untuk bergabung menjadi Green Heroes for Life (GHfL).

“Caranya adalah dengan membangun supporting ecosystem yang mempermudah dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur,” ajak Roberto.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau