KOMPAS.com – Suhu rata-rata permukaan laut dunia kembali memecahkan rekor. Pada Jumat (4/8/2023), suhu rata-rata lautan Bumi mencapai 20,96 derajat celsius.
Laporan tersebut disampaikan badan pemantau iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S).
Sebelumnya, rekor suhu rata-rata terpanas Bumi adalah 20,95 derajat celsius yang terjadi pada pada Maret 2016.
Baca juga: Samudra Atlantik Utara Laporkan Suhu Terpanas, Capai 24,9 Derajat Celsius
Pecahnya rekor suhu rata-rata lautan tersebut berpotensi mengancam iklim Bumi serta kehidupan laut dan masyarakat pesisir, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Laut yang memanas akan memengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan laut, termasuk migrasi spesies tertentu dan penyebaran spesies invasif, menurut para ahli.
Situasi tersebut pada gilirannya dapat menimbulkan ancaman berupa rusaknya ketahanan pangan di berbagai belahan dunia.
“Gelombang panas lautan merupakan ancaman langsung bagi beberapa kehidupan laut,” kata Piers Forster dari Centre for Climate University of Leeds.
Baca juga: Juli 2023 Diprediksi Jadi Bulan Terpanas
“Kami sudah melihat pemutihan karang di Florida (AS) sebagai akibat langsung dan saya menduga lebih banyak dampak akan muncul,” sambung Forster.
Para ilmuwan menyebutkan, lautan menyerap 90 persen kelebihan panas yang dihasilkan oleh manusia sejak era industri dimulai.
Kelebihan panas ini terakumulasi bersamaan dengan lepasnya banyak emisi gas rumah kaca (GRK).
Direktur Penelitian Iklim University of Reading Rowan Sutton menyampaikan, selain jangka pendek, memanasnya lautan juga disebabkan oleh faktor jangka panjang.
Baca juga: Pekan Pertama Juli Pecahkan Rekor Terpanas, Alarm Krisis Iklim Makin Nyaring
“Penyebab utama jangka panjang tidak diragukan lagi adalah akumulasi GRK di atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama oleh pembakaran bahan bakar fosil,” kata Sutton.
Lautan yang lebih hangat juga kurang mampu menyerap karbon dioksida, salah satu emisi GRK yang menyebabkan pemanasan global.
Para ilmuwan memprediksi, dampak terburuk dari fenomena El Nino akan dirasakan pada akhir tahun ini dan berlanjut di masa depan.
Baca juga: 3 Hari dalam Sepekan, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah
Diberitakan sebelumnya, Samudera Atlantik Utara mengalami suhu terpanasnya pada pekan terakhir Juli.
Badan pemantau atmosfer dan samudera AS, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOOA), melaporkan bahwa suhu di lautan tersebut memecahkan rekor.
Seorang ilmuwan di Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOOA, Xugang Yin, mengatakan berdasarkan pengamatan pada 26 Juli, suhu permukaan laut rata-rata tertinggi di Samudra Atlantik Utara mencapai 24,9 derajat celsius.
Rekor suhu panas di Samudera Atlantik Utara sebelumnya pecah pada September 2022, yakni 24,89 derajat celsius.
Baca juga: Senin 3 Juli, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah
Tingginya suhu di Samudera Atlantik Utara tersebut sangat mengejutkan karena tidak biasa terjadi. Biasanya, Atlantik Utara mencapai suhu puncaknya pada awal September.
NOAA, yang telah melacak suhu laut sejak awal 1980-an, membutuhkan waktu sekitar dua pekan untuk mengonfirmasi temuan tersebut.
Yin menyampaikan, suhu permukaan laut di Atlantik Utara diperkirakan akan terus meningkat hingga bulan Agustus.
Dia menambahkan, sangat mungkin rekor suhu tinggi akan pecah lagi, sebagaimana dilansir AFP.
Baca juga: Penelitian: 4 dari 5 Orang di Seluruh Dunia Merasa Juli 2023 Sangat Panas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya