Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 6 Agustus 2023, 15:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Bumi makin panas. Pada tahun 2022 saja, terjadi 10 peristiwa cuaca ekstrem yang masing-masing menyebabkan kerusakan bernilai miliaran dolar AS, berdampak pada jutaan orang, membuat ribuan orang mengungsi, dan membunuh puluhan orang.

Peristiwa ini termasuk, namun tidak terbatas pada, kekeringan parah di Eropa, China, dan Brasil, banjir besar di China, Australia Timur, Pakistan, dan Afrika Selatan, serta badai dahsyat di Karibia, Kanada, dan Amerika Serikat.

Diperkirakan, 4,3 miliar orang tinggal di daerah perkotaan yang sebagian terletak di dekat garis pantai, sungai, dan dataran banjir, serta terpapar dampak perubahan iklim.

Baca juga: 10 Negara dengan Pengelolaan Sampah Terbaik

Sayangnya, populasi termiskin dan paling terpinggirkan terkena dampak secara tidak proporsional oleh perubahan iklim dan tidak memiliki sumber keuangan untuk memitigasi risiko atau membangun ketahanan terhadap bencana iklim yang semakin sering dan parah.

Oleh karena itu, pembangunan kawasan perkotaan yang berkelanjutan dalam perencanaan, desain, dan investasi dalam mitigasi dampak perubahan iklim sangat penting bagi kesejahteraan miliaran penduduk perkotaan di seluruh dunia.

Ilustrasi suasana senja musim panas di Oslo. Norwegia. Negara ini punya durasi puasa terlama yaitu sekitar 20 jam. SHUTTERSTOCK/GRISHA BRUEV Ilustrasi suasana senja musim panas di Oslo. Norwegia. Negara ini punya durasi puasa terlama yaitu sekitar 20 jam.
Corporate Knights pun menerbitkan indeks berbasis indikator kuantitatif untuk menilai pembangunan berkelanjutan kota-kota global.

Indeks ini berfokus pada aspek lingkungan keberlanjutan dan memperkenalkan Corporate Knights Socio-Economic Adjustment Factor (CKSEAF) untuk memperhitungkan perbedaan sosial ekonomi yang berdampak pada keberlanjutan faktor lingkungan.

Indeks Kota Berkelanjutan berfokus pada hasil, dengan 11 dari 12 indikatornya yang terdiri dari pengukuran fisik polusi udara partikulat, akses ke dan konsumsi air minum, dan timbulan limbah.

Baca juga: 10 Negara dengan Kesetaraan Gender Terbaik di Dunia 2023

Kemudian ketergantungan mobil dan kepadatan jalan, transit dan pembagian moda transportasi aktif, ruang terbuka, baik emisi gas rumah kaca berbasis lokal maupun konsumsi, dan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim.

Indikator ke-12 berfokus pada kebijakan dan mencakup komitmen kota terhadap energi terbarukan, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan transportasi bersih.

Pemeringkatan Corporate Knights menegaskan prinsip-prinsip desain berikut yang telah diterapkan dalam pengembangan Indeks Kota Berkelanjutan.

Indeks tersebut meliputi relevansi yakni indeks dan peringkat dimaksudkan untuk mewakili kota-kota berkelanjutan di konteks saat ini. 

Keramaian warga di perlintasan sepeda di Strandvejen -sebuah jalan sepanjang tak kurang dari 7 kilometer yang membentang dari utara ke selatan di kawasan Hellerup, sisi timur Kota Kopenhagen, pada Senin pagi (30/5/2022). Kopenhagen dikenal sebagai kota sepeda dunia yang menawarkan kenyamanan dan keamanan bagi para pesepedanya. Ada tak kurang dari 380 kilometer jalur khusus sepeda di Kopenhagen, yang memungkinkan warganya menjadikan sepeda sebagai moda transportasi utama.KOMPAS.com/GLORI K WADRIANTO Keramaian warga di perlintasan sepeda di Strandvejen -sebuah jalan sepanjang tak kurang dari 7 kilometer yang membentang dari utara ke selatan di kawasan Hellerup, sisi timur Kota Kopenhagen, pada Senin pagi (30/5/2022). Kopenhagen dikenal sebagai kota sepeda dunia yang menawarkan kenyamanan dan keamanan bagi para pesepedanya. Ada tak kurang dari 380 kilometer jalur khusus sepeda di Kopenhagen, yang memungkinkan warganya menjadikan sepeda sebagai moda transportasi utama.
Kemudian indeks transparansi, yakni metodologi pemeringkatan yang tepat dan hasil proses diungkapkan sepenuhnya.

Selanjutnya obyektivitas, kota dinilai menggunakan data kuantitatif dan indikator kinerja. Data publik yaitu  pemeringkatan bergantung terutama pada poin data yang ada di domain publik dan sebagian besar dapat diakses dari database gratis.

Berikutnya keterbandingan yang menekankan lota dibandingkan dengan indikator yang sama. Keterlibatan, di mana kota-kota yang dipilih untuk pemeringkatan perdana diinformasikan sebelum publikasi dan diundang untuk meninjau data.

Baca juga: 10 Kota Terbaik Dunia, Surga Pesepeda

Terakhir indeks pemangku kepentingan yakni umpan balik pemangku kepentingan diminta secara aktif selama proyek berlangsung.

Untuk indeks 2023, Corporate Knights Socio-Economic Adjustment Factor (CKSEAF) telah dibuat untuk memahami dan membandingkan indikator kinerja lingkungan dan dimensi sosial dan ekonomi yang mendasari keberlanjutan.

Misalnya, indikator emisi gas rumah kaca per kapita atau konsumsi air per kapita akan rendah di negara dan kota berpenghasilan tinggi jika konservasi dan efisiensi air menjadi prioritas.

Sebaliknya, hal itu akan rendah di negara dan kota berpenghasilan rendah karena kemiskinan dan keterbatasan akses ke bahan bakar, listrik, dan air minum.

Berikut Top 10 Kota Berkelanjutan di Dunia:

10 Kota Berkelanjutan di DuniaCorporate Knights 10 Kota Berkelanjutan di Dunia
Kota dengan skor tertinggi pada peringkat Indeks Kota Berkelanjutan 2023 adalah Stockholm, diikuti Oslo, Kopenhagen, Lahti, dan London, yang merupakan lima teratas.

Kota baru untuk indeks tahun ini adalah Auckland, Selandia Baru, peringkat keenam secara keseluruhan dan pertama di antara kota-kota di Asia-Pasifik, diikuti oleh Sydney, Australia, di urutan ketujuh.

Kota dengan populasi yang lebih sedikit umumnya mendapat skor lebih tinggi daripada kota yang lebih padat, dan beberapa kota terpadat berada di antara peringkat terendah, termasuk São Paulo di Brasil, Lagos di Nigeria, dan Shanghai di China. 

Menariknya, Singapura yang menurut sejumlah indeks pemeringkatan selalu berada pada posisi atas Kota Hijau, Bersih, Ramah Lingkungan, namun kini menempati posisi 48 dari total 70 kota.

Posisi negeri jiran ini turun empat peringkat dari tahun 2022 di level 44. Sedangkan Jakarta, sama sekali tak masuk dalam daftar Indeks Kota Berkelanjutan 2023.

Tower Bridge, London, InggrisUnsplash.com/CHARLESPOSTIAUSX Tower Bridge, London, Inggris
Mayoritas (53 persen) kota yang masuk dalam Indeks Kota Berkelanjutan 2023 berada di negara berpenghasilan tinggi dan sisanya (47 persen) berada di negara berpenghasilan menengah.

Meskipun hampir seimbang, sebagian besar (88 persen) dari 35 kota teratas dalam indeks berada di negara berpenghasilan tinggi, dan sebagian besar (83 persen) dari separuh kota terbawah berada di negara berpenghasilan menengah.

Disparitas pendapatan berdampak pada kinerja keberlanjutan yang terlihat melalui kinerja indikator ketahanan perubahan iklim dan lainnya.

Perubahan iklim akan memperparah rendahnya akses terhadap air minum yang aman, memaksa migrasi karena hilangnya lahan di wilayah pesisir, meningkatkan risiko ketahanan pangan, dan berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.

Sangat penting untuk mengurangi kemiskinan global sambil memperkuat kapasitas mereka yang hidup dalam kemiskinan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau