KOMPAS.com - Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Bulgaria merangkap Albania dan Makedonia Utara Iwan Bogananta mengapresiasi pola dan semangat kerja para diplomat yang berada di negara akreditasi perwakilan Indonesia di seluruh penjuru dunia.
Dalam kesempatan HUT ke-78 Kementerian Luar Negeri, Iwan mengatakan, para duta besar (dubes) dan diplomat yang bekerja di garda depan merupakan unjuk tombak dalam membangun citra Tanah Air.
Menurutnya, hal ini bukan pekerjaan mudah, karena yang dihadapi adalah negara dengan corak dan ragam budaya yang berbeda.
Baca juga: Harmonature, Cara KBRI Sofia Tingkatkan Ekonomi Kreatif dan Kunjungan Turis Mancanegara
Tidak saja berbeda karekteristik masyarakat, bahasa, geo-politik juga kondisi alam yang benar-benar harus dipelajari agar bisa menyatu hingga mampu mengasilkan pencapaian diplomasi yang konkret dan berdampak pada eksistensi Indonesia di mata dunia.
Iwan menuturkan, sejak menjabat dan mendapatkan pengalaman baru sebagai Dubes RI, begitu besar tantangan yang harus dihadapi.
Iwan yang sebelumnya merupakan seorang entrepreuner, mengira memimpin perwakilan RI sudah cukup dengan gaya memimpin perusahaan, menggerakkan roda manajemen dengan one-way direction atau base don profit.
"Akan tetapi menjadi seorang dubes tidak segampang yang saya kira. Kami dituntut harus banyak melahirkan ide dan kecermatan dalam mengambil keputusan. Dan itu harus benar dan tepat sasaran," ungkap Iwan, Kamis (17/8/2023).
Sebaliknya, dalam memimpin perusahaan selain menjaga kualitas sumber daya manusia, tujuan akhir adalah mencapai keuntungan. Sedangkan menjadi perwakilan RI, tujuan yang harus dicapai harus sejalan dengan misi dan visi Pemimpin Negara.
Baca juga: BPK Sampaikan Peningkatan Kualitas Data Capai Target SDGs di Forum PBB
Dubes dan diplomat harus mampu membuat perencanaan matang dengan peta jalan yang jelas, sehingga kinerja yang harus diraih baik dari sisi ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya dapat terukur.
Substansi tersebut harus mampu dijabarkan secara multidisiplin, efektif dan efisiensi karena anggaran yang ada di perwakilan harus dirinci secara tepat dan multikelola.
"Konklusi yang bisa saya hadirkan di sini adalah menjadi seorang dubes dan diplomat adalah pekerjaan yang memiliki tantangan besar. Kami dituntut untuk bekerja cerdas dan mampu melampaui tekanan serta tahan banting, dan kami tidak mengenal waktu. Selalu 24/7 on call," tutur Iwan.
Dari pengalaman ini, Iwan menekankan, sudah saatnya para dubes, diplomat, dan mereka yang purna tugas dari perwakilan RI untuk naik kelas, berupaya ambil bagian dalam kontestasi politik di Tanah Air.
"Saya berharap partai politik kita di Tanah Air melirik para dubes dan diplomat ini agar bisa diberi ruang masuk dalam kaderisasi kepemimpinan, hingga ke depan bisa dinominasikan menjadi calon pemimpin nomor satu atau minimal kepala daerah," urai Iwan.
Harapan Iwan bukan tanpa alasan. Dia melihat sejumlah indikasi potensi terjadinya krisis kepemimpinan. Melalui politik praktis saat ini, calon yang muncul sudah dapat diprediksi. Mereka adalah orang yang memiliki basis suara, elite partai dan trending publik.
Baca juga: BPK Tekankan Kebijakan Transformatif Percepat Capaian Agenda 2030
Sedangkan untuk menjadi pemimpin harus dituntut mampu melihat sesuatu dari segala sudut pandang. Oleh karena itu, menurutnya, sudah saatnya partai politik mengubah sistem kaderisasi kepemimpinan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya