JAKARTA, KOMPAS.co - Mensa, sebuah komunitas internasional yang menghimpun individu dengan kemampuan intelektualitas luar biasa dengan IQ di atas rata-rata, meluncurkan komitmen barunya di Indonesia dengan mengusung tema "keragaman dalam kecerdasan".
Komitmen ini diluncurkan dalam momentum perayaan ke-78 tahun Kemerdekaan Indonesia, untuk mendorong akses yang setara bagi masyarakat, khususnya generasi muda dalam mengembangkan potensi intelektual yang beragam.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia akan menghadapi tantangan besar dalam upaya memaksimalkan bonus demografi.
Laporan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun 2015, menyebutkan Indonesia bukan kekurangan jumlah lulusan sekolah, namun kekurangan angkatan kerja dengan keahlian yang tepat.
Baca juga: HK Bangun Fasilitas Air Bersih dan Renovasi Fasilitas Pendidikan di Sumatera Barat
Di sisi lain, data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka usia produktif Indonesia mencapai 20,46 persen pada tahun 2020.
Melihat kedua data tersebut bukan tidak mungkin angka persentase pengangguran akan terus meningkat. Sehingga diperlukan persiapan khusus dalam mencetak generasi muda yang cerdas dan produktif untuk mendorong capaian Indonesia Emas 2045.
Dalam hal ini, Indonesia dapat belajar dari konsep pembelajaran yang digunakan oleh Finlandia sebagai salah satu negara dengan model sekolah terbaik di dunia.
Dikutip dari laman resmi World Economic Forum, alasan mengapa Finlandia menjadi negara dengan pendidikan terbaik adalah bentuk pengajaran yang dipersonalisasi.
Di negara tersebut, tidak ada ujian atau tes yang terstandarisasi, namun menyesuaikan dengan kebutuhan dan kompetensi masing-masing individu.
Bahkan, murid di Finlandia akan memiliki satu orang guru yang sama selama enam tahun masa pendidikan mereka. Hal ini dilandasi oleh kebutuhan yang berbeda dan gaya belajar bervariasi berdasarkan individu.
Baca juga: 463 Beasiswa dari SBI Pabrik Narogong, Wujudkan Pendidikan Inklusif
Guru-guru di Finlandia dapat memperhitungkan hal ini karena mereka telah menemukan kebutuhan khas siswa sendiri.
Terinspirasi hal tersebut, Mensa hadir menginisiasi sebuah komunitas intelektual untuk mempromosikan keragaman kecerdasan bagi masyarakat Indonesia.
Chairman Mensa Indonesia Satriadi Gunawan menyampaikan, dalam era yang terus berkembang ini, Indonesia tidak dapat lagi mengukur kecerdasan hanya dengan parameter konvensional seperti dengan kecerdasan matematika.
Mensa hadir dengan semangat menghapus batasan-batasan tersebut dan menyambut individu dari berbagai lapisan masyarakat, tak hanya yang mahir dalam matematika atau ilmu pengetahuan, namun juga mereka yang memiliki bentuk kecerdasan unik lainnya.
"Tujuan kami adalah membentuk mozaik kecerdasan yang beragam dan melintasi berbagai bidang pengetahuan," ujar Satriadi.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, Mensa Indonesia berkomitmen untuk memberikan wadah bagi semua individu yang ingin mengembangkan potensi intelektual.
Baca juga: Kemenperin Manfaatkan Digital Learning Petrokimia Gresik untuk Pendidikan
Mensa Indonesia turut mengorganisasi forum-forum ilmiah yang mendorong diskusi yang merangsang pemikiran dan pertukaran ide.
Pertemuan-pertemuan ini mengumpulkan individu dari berbagai latar belakang, menciptakan komunitas intelektual yang dinamis di mana sudut pandang unik saling berbaur.
Tidak hanya itu, Mensa Indonesia turut menunjuk Mischka dan Devon, anak berprestasi pemenang lebih dari 100 medali Olimpiade Matematika dan Sains Internasional, sebagai Friends of Mensa untuk meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai yang diusung oleh Mensa agar dapat tersampaikan kepada masyarakat luas.
Didirikan sejak tahun 1946 dan memiliki anggota lebih dari 145.000 individu yang tersebar di seluruh penjuru dunia, komitmen Mensa untuk mengembangkan potensi intelektual manusia khususnya di Indonesia juga mencakup upaya untuk mematahkan stereotip kelas sosial yang memperkuat ketidaksetaraan.
Baca juga: Martabe Dukung Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Pertanian
Mensa Indonesia secara konsisten melakukan advokasi terhadap kementerian dan lembaga pemerintahan terkait agar dapat mengakomodasi anak dengan kebutuhan khusus.
Salah satu inisiatif penting yang saat ini masih dalam tahap eksplorasi adalah Pengayaan Modul Program Guru Penggerak oleh Mensa Indonesia, khususnya di bagian pengembangan intelegensi murid.
Tujuan dari program ini adalah memberikan informasi dan panduan kepada guru tentang cara menghadapi anak dengan kebutuhan khusus dengan pendekatan yang tepat dan memperhatikan aspek moral mereka.
Director of Strategic Partnership Mensa Indonesia Budi Handoko meyakini semua anak memiliki potensi unik yang perlu diakui dan didukung.
Melalui program Pengayaan Modul Program Guru Penggerak, Mensa Indonesia berupaya memberikan dukungan kepada para pendidik untuk mengoptimalkan potensi intelektual semua murid, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
"Dengan pendekatan yang inklusif, kami berharap upaya ini dapat menjadi bagian integral dari pencapaian Visi Indonesia Emas 2045 mendatang,” tutup Budi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya