Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Bidan Turut Dilibatkan Tekan Stunting

Kompas.com, 23 Agustus 2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melibatkan para bidan untuk ikut serta menekan angka stunting.

Untuk diketahui, pemerintah menargetkan angka stunting bisa turun mencapai 14 persen pada akhir 2024.

Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo mengatakan, persentase stunting di Indonesia pada 2021 mencapai 24,8 persen. Pada 2022, persentasenya menurun menjadi 21,6 persen.

Baca juga: Penurunan Stunting Jadi Solusi Indonesia Menuju Negara Maju

“Kami bersyukur angka stunting sekarang ini sudah 21,6 persen. Jadi, tahun terakhir turun 2,8 persen dari 24,8 persen menjadi 21,6 persen,” kata Hasto di Blitar, Selasa (22/8/2023).

“Ini berharap akhir tahun ini (2023) turun 3 persen lebih, harapannya akhir tahun ini 18 persen atau kurang, sehingga kalau turun 3 persen terus akhir 2024 menjadi 14 persen,” sambungnya.

Hasto menyampaikan, ada banyak faktor yang memengaruhi anak menjadi stunting, salah satunya adalah sub-optimal health yakni anak sering sakit-sakitan seperti demam, TBC.

Faktor kedua adalah sub-optimal nutrition, yakni anak tidak disusui dengan alasan sibuk maupun tidak keluar air susu ibu. Dari evaluasi yang dilakukan, rata-rata 65 persen ASI ibu tidak keluar.

Baca juga: Para Kader KB Diusulkan Dapat Insentif Layak, Bisa Bantu Cegah Stunting

Sedangkan yang ketiga adalah sub-optimal parenting, yakni pola asuh. Banyak anak yang kemudian dititipkan sehingga bisa berdampak pada stunting anak.

Hasto menuturkan, untuk mengatasi stunting harus dilakukan penanganan dan pencegahan salah satunya dengan keterlibatan bidan.

Mereka diharapkan ikut serta memberikan edukasi terkait dengan pentingnya tumbuh kembang anak.

Dia mencontohkan, jika bidan mendapati bayi yang lahir kurang dari 48 sentimeter (cm) maka bayi tersebut harus mendapatkan perhatian. Bayi baru lahir idealnya 49-50 cm.

“Menangani saja tidak cukup, sehingga harus dicegah. Berisiko stunting bayi lahir panjang badan kurang dari 48 cm. Saat lahir harus didampingi, ASI eksklusif juga, makanan pendamping ASI harus cukup,” papar Hasto.

Baca juga: Stunting Bisa Jadi Ancaman Bangsa, Pencegahannya Harus Dilakukan Serius

Dia menekankan agar ibu hamil tidak anemia saat hamil. Hal itu sebagai upaya mencegah stunting pada anak.

“Yang mau menikah, lingkar lengan jangan kurus-kurus, karena bisa stunting anaknya. Jadi, selain mencegah juga mengatasi plus edukasi,” kata Hasto.

Hasto menambahkan, masih ada sejumlah daerah dengan persentase stunting yang masih tinggi sseperti beberapa daerah di Sulawesi, NTT, NTB, hingga Aceh.

Untuk Kabupaten Blitar, persentase stunting termasuk rendah yakni 14,3 persen.

Sementara itu, Bupati Blitar Rini Syarifah mengaku pihaknya menyadari perlu perencanaan keluarga untuk membangun keluarga lebih baik.

Baca juga: Perempuan Remaja Diajak Atasi Anemia untuk Cegah Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Siswa SMA Sulap Limbah Cangkang Kepiting dan Udang Jadi Kemasan Ramah Lingkungan
Siswa SMA Sulap Limbah Cangkang Kepiting dan Udang Jadi Kemasan Ramah Lingkungan
LSM/Figur
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
LSM/Figur
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
Pemerintah
Investor Relations Jadi Profesi Masa Depan, Indonesia Perlu Siapkan SDM Kompeten
Investor Relations Jadi Profesi Masa Depan, Indonesia Perlu Siapkan SDM Kompeten
BUMN
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
LSM/Figur
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan 'Tenaga Kerja Hijau'
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan "Tenaga Kerja Hijau"
Pemerintah
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
BUMN
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
Swasta
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
BUMN
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
LSM/Figur
Sinarmas Land dan Waste4Change Resmikan Rumah Pemulihan Material di Tangerang
Sinarmas Land dan Waste4Change Resmikan Rumah Pemulihan Material di Tangerang
Swasta
Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah
Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah
LSM/Figur
Google Rilis Panduan untuk Bantu Laporan Keberlanjutan dengan AI
Google Rilis Panduan untuk Bantu Laporan Keberlanjutan dengan AI
Swasta
Indonesia Tak Impor Beras, Pemerintah Dinilai Perlu Waspadai Harga dan Stok
Indonesia Tak Impor Beras, Pemerintah Dinilai Perlu Waspadai Harga dan Stok
LSM/Figur
Walhi Kritik Usulan Presiden Prabowo Ekspansi Sawit dan Tebu di Papua
Walhi Kritik Usulan Presiden Prabowo Ekspansi Sawit dan Tebu di Papua
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau