KOMPAS.com – Mengatur jarak kelahiran menjadi salah satu upaya kunci untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo saat di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Rabu (23/8/2023).
Dalam acara pengukuhan Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) dan meninjau pelayanan Keluarga Berencana (KB) tersebut, Hasto menyampaikan penentu bonus demografi adalah generasi muda.
Baca juga: Para Bidan Turut Dilibatkan Tekan Stunting
“Apabila generasi muda dapat mengatur (jarak) kelahiran, maka stunting dapat dihindari,” ujar Hasto sebagaimana dilansir Antara.
Hasto menuturkan, KB merupakan program wajib yang harus dijalankan BKKBN dan pemerintah melalui penyediaan fasilitas layanan.
Dia meminta Tim Pendamping Keluarga (TPK) agar bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat program KB untuk mempercepat penurunan risiko anak stunting.
Usia sehat untuk menikah demi mencegah stunting adalah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
Baca juga: Penurunan Stunting Jadi Solusi Indonesia Menuju Negara Maju
Bagi remaja perempuan, utamanya calon pengantin, penting juga untuk menjaga tekanan darah maupun hemoglobin (hb).
“Saya berharap semua kader dan TPK paham tentang pentingnya KB untuk menekan stunting, agar disosialisasikan kepada generasi muda,” ucap Hasto.
Menurut Hasto, salah satu faktor penyebab stunting yang paling utama adalah kekurangan asupan gizi.
Faktor lainnya adalah bayi tidak diberikan ASI eksklusif, pola asuh yang kurang tepat, bayi sering sakit, jamban atau sanitasi yang belum sesuai standar, dan jarak kelahiran anak yang terlalu sedikit.
Baca juga: Para Kader KB Diusulkan Dapat Insentif Layak, Bisa Bantu Cegah Stunting
“Sanitasi dan makanan harus bagus, pola asuh juga harus baik, anak harus digembirakan dan mengatur jarak kelahiran anak atau menghindari 4T, serta merencanakan kehamilan dengan baik,” papar Hasto.
“Jadi, kalau mau hamil jangan main-main, dan kalau main-main jangan hamil, oleh karena itu harus memakai alat kontrasepsi,” sambungnya.
4T merupakan singkatan dari terlalu muda hamil , terlalu tua hamil, terlalu dekat jarak kelahiran anak, dan terlalu banyak anak.
Berdasarkan data BKKBN Provinsi Sulawesi Utara, di Kabupaten Konawe Selatan, pasangan usia subur (PUS) yang mendapat layanan KB dalam kegiatan itu sebanyak 216 akseptor.
Baca juga: Stunting Bisa Jadi Ancaman Bangsa, Pencegahannya Harus Dilakukan Serius
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya