Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stunting Bisa Jadi Ancaman Bangsa, Pencegahannya Harus Dilakukan Serius

Kompas.com - 14/08/2023, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comStunting bisa menjadi ancaman bagi masa depan Indonesia. Oleh karena itu, pencegahan stunting perlu dilakukan secara serius.

Hal tersebut disampaikan anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (12/8/2023).

“Anak stunting itu tidak hanya terganggu pertumbuhan fisik, tapi juga berpotensi mengalami gangguan pertumbuhan otak,” kata Nurhayati.

Baca juga: Perempuan Remaja Diajak Atasi Anemia untuk Cegah Stunting

Dia menyampaikan, stunting sangat memengaruhi masa depan anak. Dalam skala yang lebih luas, stunting akan memengaruhi masa depan bangsa.

Oleh karena itu, seluruh elemen bangsa mempunyai kepentingan mewujudkan Indonesia bebas stunting.

Untuk menyelesaikannya, kata Nurhayati, penanganan stunting harus dilakukan secara terintegrasi dengan melibatkan lintas sektor terkait.

Upaya percepatan penurunan stunting bukan saja tanggung jawab Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai ketua pelaksana, melainkan perlu melibatkan semua pemangku kepentingan.

Baca juga: Bukan Hanya Ibu, Ayah Berperan Penting Cegah Stunting pada Anak

“Stunting berisiko terjadinya lost generation (generasi yang hilang), sebuah gambaran potensi anak-anak yang hilang akibat kondisi gizi buruk,” papar Nurhayati.

“Sehingga, saat sekolah, mereka mengalami penurunan kemampuan berpikir cerdas. Ini berbahaya bagi keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Stunting merupakan ancaman negara. Kita harus bersama-sama memeranginya,” sambungnya.

Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga Balita dan Anak Perwakilan BKKBN Jawa Barat Elma Triyulianti dalam sebuah acara yang digelar di Tasikmalaya, menyebutkan stunting memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Dampak jangka pendek antara lain terganggunya perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Baca juga: Peduli Stunting, Ketua Bhayangkari Sulbar Fokus Pangan Olahan Kebutuhan Medis

“Dalam jangka panjang, stunting berdampak menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,” ucap Elma.

Selain itu, jangka panjang dari stunting adalah menurunnya kekebalan tubuh, sehingga mudah terpapar penyakit.

Berbagai penyakit tidak menular yang berisiko diidap anak stunting ketika dewasa seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas.

Ekma menuturkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan mengoptimalkan periode emas yakni 1000 hari pertama kehidupan anak.

Baca juga: Lampaui Nasional, Jaktim Targetkan Nol Stunting pada 2024

Pada periode tersebut, anak mengalami pertumbuhan otak dengan sangat pesat. Di situ terjadi pembentukan organ vital, pematangan sistem pencernaan, perkembangan kognitif, serta serta sistem imun atau daya tahan tubuh.

“Pemenuhan gizi yang baik selama 1000 hari pertama kehidupan akan membuat kemampuan anak untuk bertumbuh kembang menjadi lebih baik,” kata Elma.

“Pada tahap kehamilan, bayi sepenuhnya tergantung pada ibu untuk suplai nutrisi yang dibutuhkan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan organ secara baik,” sambungnya.

Baca juga: Pencegahan Stunting Penting Capai Visi Indonesia Emas 2045

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

LSM/Figur
Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Pemerintah
Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

LSM/Figur
“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

Swasta
Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Pemerintah
Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

LSM/Figur
Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

LSM/Figur
Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

LSM/Figur
Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Pemerintah
 Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Pemerintah
Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

LSM/Figur
Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

LSM/Figur
Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Swasta
Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau