Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 25 Agustus 2023, 07:00 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Climate Exchange (ICX) memastikan siap menjadi penyelenggara bursa karbon di Indonesia yang akan dimulai pada September 2023.

Sebagai entitas dari Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Group, ICX melakukan sejumlah persiapan agar layak memfasilitasi perdagangan Renewable Energy Certificate (REC) di Indonesia.

Menurut CEO ICX Megain Widjaja, ada tiga hal yang disiapkan yakni regulasi, teknologi, dan operasional.

“Persiapannya ada tiga. Pertama, dari regulasinya seperti apa; kedua, secara teknologi; dan ketiga, secara operasional. Kalau kami melakukan asesmen, yang dua terakhir sudah cukup,” ucap Megain dalam perbincangan dengan awak media di Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Baca juga: ICDX Group Fasilitasi Perdagangan Perdana Lelang Renewable Energy Certificate

Mengenai regulasi, Megain masih terus mengikuti perkembangan dari pemerintah. Sebab, bursa karbon merupakan kepanjangan tangan pemerintah meskipun operatornya berbeda.

Selain persiapan internal, ICX juga memandang bursa karbon di Indonesia harus memiliki daya tarik bagi para pelaku industri secara global.

Daya tarik yang pertama, lagi-lagi soal regulasi. Keberadaan regulasi ini menyangkut soal kejelasan, ketegasan, dan kepastian dari pemerintah.

Clarity in regulation, maksudnya regulasi ini firm enggak, certainty-nya bagaimana. Yang ditakutkan pelaku pasar global adalah bagaimana regulation framework di Indonesia,” kata Megain.

Kemudian, daya tarik kedua berhubungan dengan kuat atau tidaknya kebijakan soal iklim. Sebab, hal ini merupakan indikator keseriusan negara kita melakukan dekarbonisasi melalui pasar karbon.

Terakhir, daya tarik ketiga berkaitan dengan keseimbangan.

Baca juga: Aturan Perdagangan Karbon Disahkan, Ini 10 Poin Pentingnya

“Ini perlu ekonom untuk mengerti impact dari carbon tax dan carbon price, harus ada harmonisasi di situ,” imbuhnya.

Sebab, jika harga pajak karbon terlalu rendah, dikhawatirkan akan terus rendah dan sulit untuk bisa bergerak naik.

Megain pun menambahkan, ketiga hal tersebut yang akan menentukan pasar menjadi solid atau tidak karena pasar kepanjangan tangan dalam pemberlakuan kebijakan pemerintah.

Oleh karena itu, seyogyanya bursa karbon dan pemerintah harus berjalan seiring menjadi satu kesatuan.

“Mereka harus jadi ekosistem yang enggak bisa dipisahkan. Setting market-nya bagaimana supaya kondusif,” pungkas Megain.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau