Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/08/2023, 19:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada era transisi energi, aspek Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi topik hangat untuk melihat upaya adaptasi sebuah perusahaan yang diselaraskan dengan operasional bisnisnya.

Bahkan, menurut PricewaterhouseCoopers (PwC) melalui 2022 Global Investor Survey, saat ini ESG menjadi salah salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam menganalisis risiko dari keberlanjutan sebuah perusahaan.

Terutama ketika dihadapkan pada isu-isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dan perubahan iklim.

Saat ini, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor mulai mengadaptasi ESG ke dalam lini bisnisnya.

Baca juga: Skor Masih Medium 28,4, BTN Siapkan Metodologi Penyusunan Laporan ESG

Pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengungkapkan optimisme terhadap penerapan ESG di Indonesia.

Menurutnya, pemerintah, swasta, bahkan masyarakat Indonesia dinilai cepat beradaptasi terhadap penerapan ESG.

Kesadaran penerapan ESG oleh perusahaan-perusahaan bukanlah sekadar upaya untuk memenuhi tuntutan pasar, tetapi juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara tujuan ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan sosial.

"Proyeksi positif dan adopsi yang semakin meluas terhadap prinsip ESG memberikan gambaran yang kuat mengenai komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan berkelanjutan dan peningkatan tanggung jawab sosial perusahaan,” ujar Trubus.

Baca juga: 13 Perusahaan Sabet Penghargaan ESG Award 2023 dari KEHATI

Penerapan ESG dilakukan oleh perusahaan dari berbagai sektor, termasuk pertambangan yang seringkali menjadi sorotan karena bersifat ekstraktif. Namun, gerakan pertambangan hijau juga mulai marak dilakukan dan digaungkan.

Salah satu contohnya adalah perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar yang melantai di Bursa Efek Indonesia 1,5 bulan silam, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN).

Melalui anak usahanya PT Amman Mineral Nusa Tenggara, AMMAN mengoperasikan tambang Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baru saja melantai di bursa, PErusahaan merilis Laporan Keberlanjutan yang memaparkan empat pilar ESG, antara lain memajukan Sumber Daya Manusia (SDM), menjunjung tinggi etika, melestarikan lingkungan, dan mengelola sumber daya.

Baca juga: Penerapan Konsep ESG dalam Membangun Bisnis Berkelanjutan

Vice President Corporate Communications dan Investor Relations AMMAN Kartika Octaviana menuturkan, laporan pertama yang dirilis ini menjadi bukti komitmen Perusahaan dalam mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dan transparansi dalam bisnis operasional kami.

Produk tembaga yang dihasilkan merupakan komoditas kunci yang sangat dibutuhkan dunia untuk transisi menuju energi hijau.

"Karenanya kami berkomitmen penuh untuk memastikan bahwa proses pertambangan AMMAN dilakukan dengan prinsip ESG yang kuat,” ucap Kartika.

Dalam laporannya, Perusahaan memaparkan berbagai investasi telah dilakukan untuk memitigasi dampak lingkungan.

Baca juga: Bumi Serpong Damai, Satu-satunya Emiten Properti yang Meraih ESG Star

Pada tahun 2022, Perusahaan menginvestasikan lebih dari 35 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 535,6 miliar untuk pengelolaan lingkungan hidup, meningkat 53 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sejak Juni 2022, AMMAN juga mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Indonesia untuk operasional pertambangan, dengan kapasitas puncak 26,8 megawatt.

Tidak hanya dalam bidang lingkungan, berbagai program sosial berkelanjutan juga dipaparkan dalam laporan berkelanjutan.

Berbagai program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan target penerima manfaat adalah warga sekitar wilayah operasional di KSB.

Berbagai program tersebut antara lain beasiswa pendidikan vokasi untuk talenta muda, pencegahan stunting, peningkatan kapasitas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), hingga pengembangan olahraga sepak bola untuk mengembangkan potensi atlet muda, termasuk perempuan dan anak-anak dengan disabilitas.

Baca juga: Kenali Sejarah Munculnya ESG, Bermula Sejak 1990-an

Seluruh program sosial yang dilakukan telah melalui studi yang komprehensif dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang ahli di bidangnya.

Dengan demikian, program-program ini dapat tepat sasaran, terukur, dan menghasilkan dampak yang luas dan berkelanjutan.

"Pada akhirnya, program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan daya saing masyarakat KSB,” tutup Kartika.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com