KOMPAS.com – Kerugian yang diderita Indonesia akibat krisis iklim bisa mencapai Rp 544 triliun menurut penghitungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Kerugian tersebut berasal dari empat sektor prioritas yakni perairan, pertanian, kesehatan, serta pesisir dan laut.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, saat ini dunia termasuk Indonesia menghadapi ancaman tiga krisis planet atau triple planetary crisis yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Baca juga: Krisis Iklim Makin Nyata, Beberapa Wilayah Alami Kenaikan Suhu 1,5 Derajat Celsius
Oleh karenanya, penanganan triple planetary crisis harus menjadi prioritas Indonesia. Hal tersebut disampaikan Suharso dalam acara "Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045", Senin (21/8/2023).
“Perubahan iklim telah nyata dirasakan Indonesia,” kata Suharso dalam keterangan tertulis.
“Bahkan telah diestimasi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana yang didominasi bencana hidrometeorologi ini mencapai Rp 22,8 triliun per tahun dan telah menimbulkan korban jiwa hingga 1.183 orang dalam 10 tahun terakhir,” sambungnya.
Dalam amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Pemerintah Indonesia menyusun kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim (PBI).
Baca juga: Emil Salim: Tinggalkan Program Tak Penting, Fokus Atasi Perubahan Iklim
PBI tersebut disusun guna mencegah potensi kerugian pada empat sektor prioritas yaitu perairan, pertanian, kesehatan, serta pesisir dan laut.
Menurut Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suhu permukaan Bumi saat ini sudah lebih dari 1,09 derajat celsius dibandingkan periode antara 1850 hingga 1900.
Akan tetapi, kenaikan suhu Bumi tidak berhenti di situ, bahkan diprediksi akan terus meningkat akibat pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer.
Sementara itu, jika peningkatan suhu global rata-rata mencapai 1,5 derajat celsius, akan berdampak pada sektor perairan dan pertanian.
Kenaikan suhu di atas 1,5 derajat celsius juga menyebabkan distribusi dan intensitas curah hujan ekstrem meningkat, yang berpotensi menyebabkan banjir bandang.
Baca juga: Begini Strategi Pembangunan Berketahanan Iklim dari Bappenas
Selain itu, kenaikan suhu 1,5 hingga menimbulkan kemarau panjang, penurunan pasokan air bersih, penurunan produksi pertanian, hingga gagal panen total bahkan dapat menyebabkan krisis pangan di Indonesia.
Dalam RPJMN 2020-2024, ada beberapa fokus strategi PBI yang disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas.
Fokus-fokus tersebut antara lain penguatan ketahanan infrastruktur, teknologi, tata kelola dan pendanaan, serta meningkatkan peran masyarakat.
“Peningkatan resiliensi terhadap perubahan iklim akan mempengaruhi kapasitas kita dalam mencapai target Indonesia Emas 2045,” ucap Suharso.
“Untuk itu, kita harus terus memperkuat basis pengetahuan melalui pengembangan kegiatan riset, teknologi, dan inovasi terkait perubahan iklim dan dampaknya, agar berbagai kebijakan dapat disusun berbasis bukti,” sambungnya.
Baca juga: Pidato Presiden Dinilai Belum Tunjukkan Keadilan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya